Kenaikan Tarif PPN di Depan Mata, Ekonomi Indonesia Dibayangi Risiko Menakutkan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kenaikan tarif Pajar Pertambahan Nilai (PPN) jadi 11 persen akan mendorong inflasi.
Menurut Bhima, kenaikan tarif PPN per 1 April 2022 akan mendorong inflasi di atas 1,4 persen secara bulanan.
"Di prediksi akan ada kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik untuk yang non subsidi, dan penyesuaian gas elpiji nonsubsidi," ujar Bhima saat dikonfirmasi, Kamis (31/3).
Bhima menjelaskan pergerakan minyak mentah dunia tidak memberikan kepastian.
Hal itu memicu kekhawatiran akan kenaikan harga energi Global yang masih berlanjut.
Selain itu, dampak invasi Ukraina dikhawatirkan akan berisiko ke penyesuaian suku bunga dan suku bunga acuan lebih cepat.
Kemudian, kenaikan biaya produksi di level produsen berisiko terhadap kenaikan harga bahan pokok makanan menjelang Ramadan.
Apalagi, menurut Bhima, pada Ramadan permintaan akan mengalami kenaikan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengingatkan bahaya kenaikan tarif PPN menjadi 11 persen.
- Sambut Ramadan, Ketum Kadin DKI Diana Dewi Ziarah ke Makam Orang Tua
- Jelang Ramadan, Bulog Sudah Serap 140 Ribu Ton Gabah Petani dengan Harga Rp 6.500 per Kg
- Sebagai Aset Keuangan, Kripto Seharusnya tak Lagi Dikenakan PPN
- KADIN Indonesia Apresiasi Investasi Prancis dalam Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
- Menjelang Ramadan, Wamendag Dyah Pastikan Stok Bahan Pokok Aman
- Mentan Minta Pedagang Jangan Mainkan HET di Ramadan dan Idulfitri 2025