Kenali Ciri Cerebral Palsy sejak Anak Lahir
jpnn.com, SURABAYA - Meski diperingati setiap Rabu minggu pertama Oktober, namun hingga kini masih banyak pihak yang merayakan Hari Cerebral Palsy Sedunia. Di antaranya Hotel Shangri-La bersama Yayasan Peduli Cerebral Palsy (YPCP) Surabaya mengajak para orang tua maupun relawan cerebral palsyuntuk belajar bersama soal pentingnya stimulasi dan pendidikan bagi anak cerebral palsy.
Dr Adre Maiza SpS(K), pakar neurologi dari Jakarta yang membuka seminar tersebut. Dia kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya penyandang cerebral palsy tidaklah berbeda dengan mereka yang menyandang gangguan pada otak lainnya.
"Seperti autisme, attention deficit disorder (ADD), dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Karena yang jelas mereka menyandang gangguan otak. Secara neurologinya, mereka berada pada posisi yang sama," jelasnya. Sebelum melakukan aneka macam terapi, yang harus dilakukan orang tua adalah mengobati sumber penyakitnya. Yakni, gangguan pada saraf otak. Ini berlaku sama baik pada autisme, cerebral palsy, maupun yang lainnya.
"Bukan berarti salah ya. Tapi, itu agak nggak tepat," ujarnya mengenai banyak orang tua yang langsung memberikan terapi terhadap anaknya tanpa mengobati sumber gangguannya. Lalu, banyaknya kesalahan yang dilakukan adalah orang tua sering kali tak bertanya detail tentang treatment dari terapis. Belum lagi kalau terapisnya berasal dari banyak aspek. Misalnya terapi bicara dan terapi jalan.
Adre mengimbau orang tua sering berkomunikasi dengan terapis, lalu mengoneksikan terapis-terapis tersebut sehingga mereka bisa mencapai tujuan yang sama. "Terapis menilai apa, orang tua menilai apa, psikolognya menilai apa. Nah, nggak ada alat ukur untuk menilai tolok ukur anak agar bisa sama. Misalnya target kita bulan ini apa. Mereka seharusnya bisa tahu itu. Jadi bisa berjalan sama-sama," paparnya.
Problem yang lain, banyak orang tua yang baru sadar bahwa anaknya menderita gangguan otak tersebut sehingga penanganannya terlambat. "Apalagi yang terkena cerebral palsy. Padahal, sejak lahir, ciri-ciri tersebut sudah bisa dilihat," sambungnya. Di antaranya, saat lahir, anaknya melengkung, kaku, tidak ada gerakan dari anggota tubuh, tidak menangis, dan tubuh tidak berwarna kemerahan.
Satu yang pasti, Adre menyebut kesempatan mereka untuk bisa membaik masih terbuka. "Ada kok yang awalnya lumpuh sekarang sudah bisa jalan. Ada juga yang tadi sampai bisa menyanyi," jelasnya. Dia menyampaikan, kalau penanganannya tepat, tidak ada yang tidak mungkin dalam kesembuhan penderita cerebral palsy.
Diah Anggraeny, ketua YPCP Surabaya, berharap tindakan pencegahan sejak dini bisa dilakukan para orang tua. "Karena selama ini banyak sekali keluarga atau orang tua penyandang cerebral palsy yang sering terlambat menyadarinya," ujarnya. (ama/c17/any)
Problem yang lain, banyak orang tua yang baru sadar bahwa anaknya menderita gangguan otak tersebut sehingga penanganannya terlambat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Gedung Layanan RS Bhayangkara Ruwa Jurai Diresmikan, Ini Pesan Kapolda Lampung
- INKANAS Pengda Riau Raih 2 Emas di Kejurnas Piala Kapolri 2024
- Antisipasi Penimbunan Bahan Pokok Menjelang Nataru, Pemkab Kotim Siapkan Langkah Strategis
- Pj Gubernur Kaltim Resmikan Rehabilitasi Bendungan Babulu PPU
- Warga Binaan Kabur dari Lapas Kayuagung, Petugas Jaga Diperiksa Kanwil Kemenkumham Sumsel
- Banjir Bandang Menerjang Sejumlah Desa pada 2 Kecamatan di Bondowoso