Kenangan Kru AirAsia yang Menjadi Pendamping Keluarga Korban QZ8501
Mulai Dimarahi sampai Diundang Makan Bersama
Namun, dia bisa memaklumi karena emosi keluarga korban memang sedang labil. Apalagi pada hari-hari awal kejadian informasi yang berkembang simpang siur. Akibatnya, salah omong atau salah bersikap sedikit saja bisa membuat keluarga korban emosional.
Anggi pun berupaya agar tidak menambah emosi keluarga korban. Salah satu trik dia adalah menunjukkan empati, tidak banyak bertanya, namun sigap menjawab apa yang dibutuhkan keluarga yang didampingi.
Dia juga berupaya menggali data tentang keluarga yang didampingi sedetail-detailnya. ''Tujuannya, saya tidak menanyakan hal-hal yang sebelumnya ditanyakan kru AirAsia lainnya. Kan sebel juga kalau ditanya berulang-ulang tentang hal yang sama. Apalagi saat itu mereka masih dalam kondisi ketidakpastian,'' ungkap perempuan kelahiran Bogor, 5 Agustus 1982, tersebut.
Hal yang sama dilakukan pramugara senior AirAsia Mochamad Hayyat. Dia juga rajin ke posko psikologi di Crisis Center Mapolda Jatim, Surabaya. ''Saya biasanya perlu konsultasi dan sharing dengan teman-teman psikolog agar bisa masuk ke keluarga korban,'' terangnya.
Para caregiver bertugas mengikuti jam operasi crisis center, yakni pukul 09.00 sampai 18.00. Ada sekitar 120 kru yang disiapkan sebagai caregiver. Mereka berasal dari lintas bagian di kantor Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, serta Medan. Latar belakang mereka mulai pilot, pramugari-pramugara, enggineer, sampai para staf ground handling.
Meski jam kerjanya mengikuti operasi crisis center, tidak jarang para caregiver dihubungi keluarga korban di luar jam kerja. Biasanya mereka menanyakan informasi yang simpang siur di media massa. ''Saya sering ditelepon malam-malam yang menanyakan kepastian jumlah keluarga yang ditemukan atau berhasil diidentifikasi. Sebab, saat itu, sering yang disampaikan media berbeda-beda jumlahnya,'' ujar Hayyat.
Saat itu, Hayyat mendampingi keluarga korban yang kehilangan empat anggota keluarga. Tiga di antara mereka sudah ditemukan dan teridentifikasi. Sementara itu, keluarga yang didampingi Anggi lebih mengenaskan. Mereka kehilangan dua anggota keluarga (suami istri) yang hingga kini belum ditemukan.
Saking intensifnya pendampingan, hubungan antara keluarga korban dan tim caregiver jadi sangat dekat. Tidak jarang keluarga korban sampai membawakan makanan untuk Anggi. ''Kami jadi dekat. Saya sering dibawakan makanan khas Surabaya dan diajak makan bersama di crisis center. Salah satu yang saya suka, tahu tek,'' kenang perempuan yang pernah bertugas di Surabaya itu.
Misi pencarian dan evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di sekitar Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, resmi diakhiri
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala