Kenangan Sidarto Danusubroto Dampingi Bung Karno di Ujung Kejatuhan

Minta Megawati Selundupkan Uang ke Wisma Yaso

Kenangan Sidarto Danusubroto Dampingi Bung Karno di Ujung Kejatuhan
Sudarto Danusubroto. Foto; Priyo Handoko / Jawa Pos
Meski Soekarno sudah tidak mempunyai kekuasaan, Sidarto tetap tidak ditarik dari posisinya sebagai ajudan. Sewaktu menghadap pimpinan Polri, dia diperintah agar terus mendampingi Bung Karno. "Pemerintah memandang Bung Karno perlu didampingi ajudan. Jadi, saya melayani presiden yang ditahan," tuturnya.

Tapi, untuk sementara, Soekarno yang diposisikan sebagai "presiden nonaktif" masih diperbolehkan tinggal di Istana Merdeka. Sampai suatu hari, sekitar Mei 1967, Bung Karno yang didampingi Sidarto yang baru saja pulang dari jalan-jalan keliling Jakarta dicegat dan dilarang masuk istana. "Saya ingat, beliau habis nyate (makan sate, Red) sama saya di pinggir Pantai Cilincing," cerita Sidarto.

Karena tidak diperbolehkan masuk istana, Bung Karno langsung menuju kediaman Wisma Yaso (sekarang menjadi Museum Satria Mandala, Red) di Jalan Gatot Subroto. Karena mendadak, presiden pertama republik itu tidak sempat berkemas. "Barang-barang pribadi beliau sama sekali tidak bisa dibawa," ungkap mantan Kapolda Sumbagsel (1986?1988) tersebut.

Terusir dari istana juga berarti kehilangan fasilitas protokoler, termasuk sekretaris presiden. Karena itu, Sidarto kemudian mendapat tugas tambahan baru, yakni menjadi "sekretaris" Bung Karno. "Jadi, saya sempat menjadi ajudan sekaligus sekretaris dadakan Bung Karno. Hasil ketikan saya ya kurang proporsional seperti ini," katanya sambil menunjukkan sejumlah copy surat yang masih disimpan dengan rapi.

SIDARTO Danusubroto adalah ajudan terakhir Bung Karno. Sehari setelah peringatan meninggalnya (haul) Bung Karno, 21 Juni lalu, dia menuturkan kembali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News