Kenapa Biarawati Korban Pelecehan di India Memilih Bungkam?
jpnn.com, KURAVILANGAD - Bungkam menjadi pilihan terbaik biarawati-biarawati korban pelecehan seksual di India. Dengan diam, mereka terhindar dari isolasi di lingkungan biara dan Gereja Katolik. Kehidupan sehari-hari pun berjalan ''normal''.
Namun, hal itu juga membuat para penjahat seksual di sekitar mereka aman dan tidak terjangkau hukum.
''Saya takut dikucilkan jika mengatakan yang sebenarnya. Saya tidak mau melawan komunitas dan para petinggi agama di sini,'' kata salah seorang biarawati yang pernah mengalami pelecehan seksual. Kemarin, Rabu (2/1) pengakuan itu dipublikasikan Associated Press dalam laporan eksklusif.
Biarawati itu mengalami pelecehan seksual dari seorang pastor saat usianya berkisar 20 tahun. Ketika itu, si pastor sudah berumur sekitar 60 tahun.
Suatu malam, menurut dia, si pastor mengetuk pintu kamarnya. ''Setelah saya buka pintu, dia mengaku hendak mendiskusikan masalah spiritual,'' ungkapnya.
Namun, setelah berhasil masuk kamar, pastor itu malah berusaha mencium biarawati yang identitasnya dirahasiakan tersebut.
Bukan hanya itu. Si pastor juga meremas salah satu bagian tubuh korban. Spontan, biarawati itu langsung mendorong tubuh si pastor sampai ke luar kamar. Dia lantas mengunci pintu.
Peristiwa itu membuat biarawati tersebut shock. Dia lantas mengirimkan protes tertulis kepada pejabat gereja. Surat itu tidak dia beri nama. Dia berharap pastor kurang ajar tersebut dipindahkan dari biara itu. Namun, upaya tersebut sia-sia.
Gereja Katolik di India dihantam skandal pelecehan seksual oleh pastor kepada biarawati. Diduga praktik serupa sudah terjadi bertahun-tahun
- Celeng Banteng
- Guru Les di Palembang Ditangkap Gegara Pelecehan Seksual terhadap Murid
- 13 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kapal di India Bagian Barat
- Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi Singkawang Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya
- Powergrid Pilih Teknologi HVDC Hitachi Energy untuk Menghubungkan Energi Terbarukan India
- Analisis Reza soal Hukuman Agus Buntung, Pria Disabilitas Pemerkosa Mahasiswi di NTB