Kenyataan Pahit Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Terminasi Jadi Opsi Terbaik

"Lalu dengan target defisit APBN di bawah tiga persen pada 2023, pertanyaan besarnya dana kereta cepat mau ambil dari pos belanja mana? Pasti ada belanja prioritas yang digeser untuk kereta cepat," ungkap Bhima.
Bhima mengingatkan efek jangka panjangnya subsidi untuk operasional kereta cepat bisa sangat mahal.
Gambarannya sederhana, lanjut Bhima, biaya proyek bengkak, sementara yang memakai kereta cepat kan kalangan menengah atas karena ga mungkin tiket nya murah.
Dia menyebut di situlah titik proyek yang dipaksakan berjalan, akhirnya jadi beban bagi belanja pemerintah dan masyarakat.
Bhima juga mempertanyakan apakah masyarakat yang bayar pajak ke pemerintah rela uangnya digunakan untuk subsidi kereta cepat.
"Opsi terbaik adalah terminasi proyek sebelum tingkat kerugian membengkak," tegas Bhima.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menyedot dana yang tak main-main, sekitar Rp 27 triliun. Namun, kini proyek itu bakal disuntik PMN oleh pemerintah melalui APBN.
Sejumlah hal menyebabkan dana mengalir begitu banyak, salah satunya adalah alasan sulitnya cash flow dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk akibat pandemi.
Ekonom Celios Bhima Yudhistira membeberkan kenyataan pahit Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dia menyebut kata terminasi jadi opsi terbaik.
- Data Jumlah Kendaraan Keluar Jakarta saat Mudik 2025, Bandingkan dengan 2024
- Kaya Susah
- H2 Lebaran, Jasa Marga Terapkan Contraflow di Tol Cikampek Sejak Pagi
- H-1 Lebaran, 21.641 Penumpang Naik dari Stasiun Daop 8 Surabaya
- Jasa Marga Ungkap Prediksi Puncak Arus Balik Lebaran Idulfitri 2446 Hijriah
- Perhutani Hadirkan Posko Mudik BUMN 2025 di Pelabuhan Batam & Baubau