Kepala Sekolah Pemulung ke Motivator Mahasiswa
Lombok dan Terong di Secuil Lahan untuk Tambahan Kocek
Minggu, 04 Desember 2011 – 08:08 WIB
Padahal, rumah itu mungil saja dan berdiri di atas kolam ikan hias. Bukan tipe kediaman yang gampang dikenali dan diingat seorang tukang ojek Jakarta yang tiap hari harus berurusan dengan rimba raya gang "kelinci" dan jalan "tikus".
Apalagi, Mahmud kini telah pensiun dari jabatannya sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Safinatul Husnah dan lebih berfokus pada pekerjaan yang empat tahun silam menggegerkan ibu kota: pemulung.
Ya, lewat film Kepala Sekolahku Pemulung, semua mata terbelalak ketika itu menyaksikan Mahmud yang tiap seusai asar, selepas tugas di sekolah tentu, berburu barang bekas di penampungan sampah yang tepat di belakang rumahnya. Selanjutnya, sampah-sampah plastik, kertas, dan besi yang terkumpul dijual ke pengepul yang tidak jauh dari rumahnya.
Mahmud harus menyambi pekerjaan yang sangat tidak lazim dilakukan seorang pengajar, terlebih kepala sekolah, itu karena penghasilan dari sekolah sangat tidak mencukupi. Total gaji pria yang menamatkan pendidikan sarjana di STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Jakarta pada 2005 tersebut selama lima tahun terakhir hanya Rp 500 ribu per bulan. Itu pun sering dirapel dua hingga tiga bulan sekali.
Empat tahun silam, Mahmud menggegerkan Jakarta karena menjadi kepala sekolah yang merangkap pemulung. Kini setelah pensiun dia laris diundang ke
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408