Kepemimpinan Perempuan Indonesia di Sektor Publik dan Privat

Kepemimpinan Perempuan Indonesia di Sektor Publik dan Privat
Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Foto: dokumentasi FISIPOL UGM

Akan tetapi, riset-riset lainnya menunjukkan, kesetaraan dan keterwakilan perempuan di level manajemen sektor swasta sangat minim.

"Sayangnya, representasi kesetaraan gender belum tercapai baik di level global, maupun Indonesia," kata Elvira.

Untuk lingkup Indonesia, merujuk indeks World Economic Forum dalam laporan Kesenjangan Gender Global 2021, Indonesia menempati peringkat 101 dari 156 negara dalam hal kesetaraan gender. Dengan kondisi ini, Elvira mengatakan, berbagai tantangan dihadapi perempuan ketika menduduki posisi sebagai pemimpin.

Pertama, tantangan menghadapi stereotip gender atau gender bias.

"Stereotip ini ketika perempuan dianggap tidak memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki ketika ada di posisi pimpinan. Biasanya, ini kita temukan di lingkungan pekerjaan yang didominasi laki-laki," kata Elvira.

"Posisi pemimpin itu bukan hanya milik laki-laki. Perempuan juga mampu menjadi pemimpin, ketika dia bisa menunjukkan kinerja yang baik dan berkontribusi bagi perusahaan," lanjut Elvira, yang telah berkarier di Sampoerna dan Philip Morris selama lebih dari dua dekade.

Tantangan kedua, membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Menurut Elvira, sebagai ibu sekaligus profesional, tak sedikit perempuan yang mengalami dilema untuk memberikan hal terbaik bagi keluarga dan perusahaan.

Di masa pandemi ini, tantangan bagi pekerja perempuan semakin berat, karena peran ganda yang harus diembannya.

April menjadi momentum untuk menilik kembali peran perempuan di segala sektor. Setiap tanggal 21, menjadi momentum peringatan Hari Kartini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News