Kepentingan Politik Juga Memengaruhi Penanganan COVID-19 di Australia
Seperti saat mengumumkan tetap memperpanjang masa 'lockdown' selama dua minggu hingga 29 September 2020, meski kasus penularan COVID-19 sudah menurun dalam beberapa pekan sebelumnya.
Hanya jika kasus baru terus menurun, dengan kemungkinan di bawah 50 kasus per hari, maka pembatasan di Melbourne akan dilonggarkan dan diperkirakan baru akan terjadi di akhir Oktober nanti.
Atas keputusan ini, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison memberikan komentar.
"Mudah-mudahan ini merupakan skenario terburuk saja," kata PM Morrison.
Keputusan negara bagian Victoria banyak juga dikecam oleh kalangan usaha yang mengatakan semakin lama Victoria ditutup semakin sulit bagi bisnis untuk bangkit lagi nantinya.
Dalam reaksinya terhadap komentar PM Morrison, Daniel mengatakan jika politik tidak akan menyelesaikan masalah pandemi.
"Virus ini tidak akan terkalahkan dengan bermain politik," kata Daniel.
"Saya mengatakan kepada Perdana Menteri bahwa skenario terburuk adalah kita bisa melonggarkan keadaan untuk tiga atau empat minggu dan kemudian harus ditutup lagi," katanya.
Para pemimpin di seluruh dunia saat ini sedang mengatasi pandemi COVID-19 dengan pilihan sulit antara mementingkan masalah kesehatan dan ekonomi
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Doli Usul Pembentukan Omnibus Law UU Politik, Diharapkan Sah Pas Awal Pemerintahan Prabowo
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Hasil Survei Edelman: 73 Persen Masyarakat Indonesia Lebih Suka Beli Produk Lokal
- Jujur, Nova Arianto Kurang Puas Timnas U-17 Indonesia Imbang Melawan Australia