Kepergian Pangeran Philip Diratapi Pengikutnya di Vanuatu yang Menganggapnya Sosok yang Dinubuatkan

Kirk mengatakan sejalan dengan budaya Vanuatu, di mana menurut adat, gelar diturunkan kepada keturunan laki-laki, maka mereka mungkin mentransfer kesetiaan mereka ke garis keturunan berikutnya, yakni Pangeran Charles.
Pejabat budaya Jean Pascal Wahe mengatakan para pengikut belum membuat keputusan apapun, tetapi akan menyerahkan hal tersebut kepada keluarga kerajaan.
"Mereka telah mengatakan jika [Pangeran] Charles ingin memegang gelar ini… dan menjaga hubungan yang ada, sama sekali tidak apa-apa," katanya.
"Tetapi jika ia tidak mau, roh Pangeran Philip akan pergi ke salah satu anak dewasa lainnya, atau cucu, dan di masa depan, mereka dapat melanjutkan koneksi ini".
Tapi Kirk mengatakan kelompok itu kemungkinan akan terus menggunakan nama Pangeran Philip.
Dia mengatakan dia juga baru-baru ini dinasihati jika gerakan ini mungkin menjadi gerakan politik, mengikuti jejak kelompok lain, seperti Gerakan John Frum, yang juga berada di pulau Tanna.
"Mereka mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah, mereka bahkan punya perwakilan di DPR," katanya.
"Apa yang terjadi sebenarnya adalah politik kekuatan internal tradisional. Aliansi klan ... kecemburuan, hal-hal semacam itu. Ini sangat menarik."
Sekelompok suku di Vanuatu menganggap Pangeran Philip adalah wujud fisik dari seorang pemimpin prajurit di masa lalu
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia