Keramas Ramai-Ramai di Desa Rambut Panjang
Sabtu, 28 Juli 2012 – 19:01 WIB
Sebelum 1987, kaum hawa Red Yao menganggap rambut mereka sebagai bagian tubuh yang suci. Karena itu, selain suami atau anak-anak mereka, perempuan-perempuan itu tidak mengizinkan orang lain melihat mahkotanya.
Baca Juga:
Mereka pun menutupi rambut panjang mereka dengan kerudung. Biasanya, mereka melingkarkan rambut di atas kepala sebelum menutupinya dengan kain.
Jika kebetulan ada pria yang melihat rambut perempuan yang bukan istri atau ibunya, maka pria itu harus tinggal di rumah sang perempuan selama tiga tahun. Dalam kurun waktu itu, pria yang melanggar aturan tradisi tersebut dianggap sebagai menantu.
Tetapi, kini tradisi itu ditinggalkan. Para perempuan Red Yao pun bebas mengurai rambut di depan umum. Termasuk mencucinya di sungai. (dailymail/hep/c13/ami)
PEMANDANGAN musim panas di tepi Sungai Jinjiang selalu menarik perhatian. Sebab, para perempuan etnis Red Yao dari Desa Huangluo Yao, Tiongkok, bersama-sama
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- PPI Munich Gelar Sports and Culinary Festival Perdana di Munich
- Terima Kekalahan, Kamala Harris Berharap Amerika Tak Menuju Era Kegelapan
- Donald Trump jadi Presiden AS Alamat Bahaya Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina
- Donald Trump Menang, Israel Bakal Makin Brutal di Timur Tengah
- Dipastikan Menang Pilpres, Donald Trump Berjanji Akan Menyembuhkan Amerika