Kerbau Itu Ikon Demokrasi

Kerbau Itu Ikon Demokrasi
Kerbau Itu Ikon Demokrasi
"Jika dibandingkan hewan lain yang menundukkan kepalanya untuk menunjukkan ketundukannya kepada siapa yang di depannya, kerbau menundukkan kepala justru hendak melakukan penyerangan kepada siapa yang ada di hadapannya," kata Andi Asoka.

Kemudian Andi Asoka memetik Prof Nasroen dalam bukunya Dasar Falsafah Adat Minangkabau. Menurutnya, masyarakat Minangkabau sengaja memilih totem kerbau karena mengandung filosofi, yaitu konflik dalam keseimbangan.

Ikon itu menunjukkan adanya pertentangan dalam keseimbangan, yakni antara individu dan masyarakat. Dalam masyarakat Minangkabau tidak dikenal istilah individualisme, dan sebaliknya juga tidak mengenal istilah totalitarianisme. Keberadaan individu dan masyarakat diakui dengan konsep seorang untuk bersama dan bersama untuk seorang.

Filosofi rumah adat Minangkabau alias rumah gadang itu mirip dengan gedung DPR tempat bermusyawarah, menampung aspirasi rakyat. Di sanalah, para ninik mamak membicarakan kemaslahatan anak nagari, sebuah nilai-nilai demokrasi Minangkabau.

KUINGAT lagi kolom yang kutulis sembilan tahun silam, tentang kerbau sebagai ikonologi di majalah Gamma, edisi 27 November 2001. Sumbernya pun unik,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News