Keren! Mewujudkan Mimpi Anak-anak di Lereng Merapi
Untuk menarik minat masyarakat, khususnya para pemuda, ikut mengajar, Nuno memutuskan untuk tidak menghilangkan kebiasaan kampingnya.
”Jadi, kami semacam open trip siapa yang mau ikut (jadi volunter). Malamnya kamping, besoknya ngajar anak-anak,” jelas dia.
Antusiasme masyarakat untuk terlibat ternyata cukup besar. Dalam sekali aktivitas, ada lima atau bahkan pernah mencapai 20 relawan yang ikut terlibat. ”Semua tidak dibayar. Keperluan ditanggung masing-masing.”
Uniknya, bukan hanya dari dalam negeri, minat menjadi volunter juga datang dari banyak turis mancanegara.
Mulai yang dekat seperti Singapura, Malaysia, atau Bangladesh hingga bule lintas benua seperti Rusia, Australia, Belanda, dan Inggris.
”Direktur English First (lembaga kursus berjaringan internasional yang berpusat di Swiss, Red) malah pernah ikut,” kata Nuno, lantas terkekeh.
Dalam menarik minat anak-anak untuk belajar, WAU mengonsep pembelajaran dengan permainan. Tak lupa, barang-barang bekas di sekitar jadi mediumnya.
Selain menghilangkan kesan bosan, cara tersebut dinilainya lebih mudah dipahami anak-anak.
KURSUS Bahasa Inggris merupakan sesuatu yang mewah bagi anak-anak di lereng Gunung Merapi Namun, kehadiran Komunitas WAU membuat bahasa yang menjadi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408