Kereta Cepat China Babak Belur, Jumlah Penumpang Menyedihkan
jpnn.com, BEIJING - Penyedia jasa layanan kereta api cepat di China terpukul oleh lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron yang menyebar ke beberapa kota besar di negara berpenduduk sekitar 1,4 miliar jiwa itu.
Saat ini jumlah penumpang 3.000 orang per hari, kurang dari 30 persen dari kapasitas normal, demikian operator kereta api China dalam rilisnya, Selasa (12/4).
Untuk mengimplementasikan protokol kesehatan, operator kereta api di China membatasi penjualan tiket di beberapa kota berisiko COVID-19.
Penangguhan atau pengurangan jadwal keberangkatan kereta api dari wilayah terdampak COVID-19 juga dimaksimalkan.
Waktu pemesanan tiket juga disesuaikan dari 15 hari menjadi lima hari.
Para penumpang kereta api juga diperiksa suhu tubuh, pengaturan di ruang tunggu di stasiun, dan jarak kursi antarpenumpang di dalma kereta.
Pihak China Railway juga menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa penumpang kereta api yang berangkat dari daerah dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi tidak boleh memasuki wilayah Beijing.
Namun pihak penyedia jasa kereta api tersebut memberikan pelayanan untuk para personel kesehatan dan kebutuhan medis dari berbagai kota ke kota-kota yang terkena dampak terparah COVID-19, seperti Shanghai, Jilin, dan Hong Kong.
Penyedia jasa layanan kereta api cepat di China tengah dilanda kesulitan akibat jumlah penumpang yang sangat rendah
- Menteri Rosan Sebut Tiongkok Berinvestasi Rp 120 Triliun untuk Indonesia
- 3 Kapal Perang China Berlabuh di Jakarta, Ada Apa?
- PT KAI Perketat Pengamanan di Stasiun saat Nataru, Libatkan Anjing Pelacak K-9
- KAI Prioritaskan Kenyamanan dan Keamanan Penumpang saat Nataru
- 4 Hari Libur Nataru, 175.594 Penumpang Keluar Masuk Stasiun Daop 4 Semarang
- Trump Berambisi Rampas Terusan Panama, Begini Reaksi China