Kereta Hijau
Oleh Dahlan Iskan
Tidak henti-hentinya mereka menawari kami makanan yang mereka bawa. Sampai setengah memaksa.
Kami memilih keluar kamar. Menuju gerbong restorasi. Hampir sepanjang hari kami ngobrol di situ. Makan di situ. Minum di situ. Menikmati pemandangan tunggal: gurun.
Saya bisa merasakan kebosanan di hati Robert.
Kasihan.
Apalagi kalau kereta ekonomi ini lagi sering berhenti di satu stasiun kecil. Untuk memberi kesempatan kereta cepat mendahului kami.
Setiap kali kereta cepat lewat kelihatan Robert menelan ludahnya. Hatinya seolah mengatakan, "Semestinya kita naik yang itu". Namun ucapan seperti itu tak terkatakan.
"Semestinya kita naik yang itu ya," kata saya sambil melihat kereta cepat yang seperti kilat lewat.
"Hahahaha...very funny," teriak Robert. "Enjoy....", tambahnya.