Kerinduan dengan Luka di Kaki

Kerinduan dengan Luka di Kaki
Kerinduan dengan Luka di Kaki
Sore itu kami salat Asar di Masjid Al Aqsa. Waktu magrib kami ke masjid itu lagi. Disambung salat Isya dan Tarawih.‬‬ Tarawih di sana sama dengan di Makkah, yakni 20 rakaat. Bacaan suratnya pun sangat panjang. Tapi lebih cepat. Bedanya, di setiap habis dua rakaat diselingi salawat Nabi.

Jamaah Tarawih malam itu sekitar 1.500 orang. Hanya, setiap selesai dua rakaat, ada saja yang meninggalkan masjid. Selesai rakaat ke-10, tinggal separo masjid terisi.‬‬

‪‪Di Al Aqsa, mayoritas jamaah mengenakan celana biasa (banyak bercelana jins atau celana anak muda setengah kaki). Hanya beberapa orang yang mengenakan penutup kepala.‬‬ Menjelang subuh, saya ke Masjid Al Aqsa lagi. Genaplah saya salat lima waktu di Al Aqsa.‬‬

Menjelang matahari terbit, saya duduk-duduk di pelataran masjid. Demikian juga puluhan anak muda. Udaranya sejuk. Pepohonan besar terasa seperti mengeluarkan oksigen lebih banyak.‬‬

Saat duduk-duduk itulah saya tahu, ternyata cukup banyak anak muda yang ber-KTP hijau. Kok bisa masuk ke sini?‬‬ ’’Loncat pagar kawat berduri,’’ ujar pemuda 27 tahun tersebut.

’’Dari Indonesia,’’ jawab saya.‬‬ ’’Muslim?’’ tanya tentara Israel bersenjata itu. ’’Yes,’’

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News