Kerja Para Pemuda Mengubah Kampung Dolly Jadi Pusat Edukasi
Mereka juga disuguhi perubahan nyata. Wisma terbesarnya, yakni Barbara, berubah menjadi pusat pembelajaran. Ada Broadband Learning Center (BLC).
"Kami bisa menjual sejarah. Membawa orang menelusuri gang dengan disuguhi cerita-cerita," ucap Dalu.
Dolly sekarang juga kian hijau. Gang-gang di kawasan Putat dipenuhi bunga. Ke depan, warga menggunakan sistem hidroponik. Wisatawan yang datang nanti bisa diajari menanam dengan lahan minimal.
Berikutnya, keinginannya adalah membuat pusat oleh-oleh yang juga diharapkan mampu mengembalikan kemandirian ekonomi warga terdampak. Sebenarnya GMH sudah memiliki pilot project produksi samijali (samiler Jarak-Dolly).
Yang memasak ibu-ibu. Jumlahnya sepuluh orang. Selama ini omzetnya pernah mencapai Rp 9 juta. Tapi, jualannya masih di luar Putat Jaya. Dalu berharap ada showroom untuk menampilkan produk makanan.
"Harapannya, omzet bisa Rp 15 juta," kata pria berusia 26 tahun itu.
Mengubah Dolly bukan perkara mudah. Syaratnya tentu harus kenal warga. Dalu mendekati warga terdampak sejak sebelum Dolly ditutup. Pendekatannya pun dipilih yang berbeda. Yaitu bikin acara nonton bareng final Piala Dunia. "Sejak awal jangan menganggap siapa pun musuh," tuturnya.
Dalu mengungkapkan, hal tersulit yang masih dihadapi adalah mengembalikan aktivitas ekonomi warga terdampak.
MIMPI para pemuda ini adalah mengubah Dolly yang dulunya lokalisasi terbesar se Asia Tenggara itu menjadi kampung wisata edukasi. Kini Dolly pun
- Presidium MLB NU Sentil Gus Yahya soal Program Makan Bergizi Gratis
- Bambang Komisi XII Anggap Suplai BBM Selama Nataru Lancar, Tidak Ada Kendala
- Melalui FDP, BAZNAS Fokus Tingkatkan Kompetensi Amil Profesional
- Kompolnas Apresiasi Kerja Keras Polri Amankan Natal dan Tahun Baru
- Pakar Hukum Sarankan Polda Metro Terbitkan SP3 Untuk Firli Bahuri, Ini Alasannya
- Pengacara Firli Bahuri Tuding Polisi Kurang Bukti Penyidikan