Kerja tanpa Manajer, Banyak Karya Terlahir dari Kamar

Kerja tanpa Manajer, Banyak Karya Terlahir dari Kamar
Kerja tanpa Manajer, Banyak Karya Terlahir dari Kamar

jpnn.com - TERLAHIR dari keluarga TNI, Zeke Khaseli memilih jalan hidupnya di dunia seni. Mengawali profesi sebagai anak band, pria yang bernama asli Haris Khaseli ini menjadi yang terbaik di ajang The Asia Pacific Film Festival (APFF) ke-56 tahun 2013 di Makau.

 

----------
ROMDANI, Jakarta
---------

SURAT berlogo APFF sampai di tangan Zeke, pertengahan pekan lalu. Dia terkejut dan tangannya gemetar ketika membaca namanya masuk nominasi APFF ke-56. Ia diundang ke Makau untuk menghadiri penganugerahan bagi musisi-musisi perfilman di Asia.

Senang bukan kepalang saat pengumuman kategori penata musik film, Minggu (15/12) di Makau, ia bersama Yudi Arfani menjadi yang terbaik. Mereka menata musik film karya anak bangsa berjudul What They Don`t Talk About When They Talk About Love.

’’Sebenarnya saya enggak kaget-kaget betul. Tapi bangga bisa jadi yang terbaik,” ucapnya kala ditemui di sela-sela acara Award and Celebration Agum Gumelar Cup 2013 di Hotel Sultan, Senin (17/12) malam. Zeke menghadiri acara itu sekaligus merayakan hari ulang tahun sang ayah, Agum Gumelar.

Penghargaan ini dianggapnya belum seberapa. Sebab pekerjaan sebagai sutradara jauh lebih sulit. Khusus penata musik film, prestasi ini juga dinilainya baru pertama kali diraih musisi di Indonesia dalam ajang APFF.

Sebelumnya, ada beberapa film buatan anak negeri berjaya di festival film internasional. Di antaranya, Ca Bau Kan, yang menempatkan Nia Dinata sebagai Best Promising New Director dan Best Art Director di APFF. Lalu ada tiga judul film yang menjadi wakil Indonesia di APFF ke-49. Ketiga film tersebut adalah, Eiffel I’m in Love, Petualangan 100 Jam, dan The Soul.

TERLAHIR dari keluarga TNI, Zeke Khaseli memilih jalan hidupnya di dunia seni. Mengawali profesi sebagai anak band, pria yang bernama asli Haris

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News