Kertas Mati
Oleh: Dahlan Iskan
Tak lama kemudian saya mendengar berita duka: Tirto meninggal dunia. Ia memang sering sakit. Punya komorbid gula darah.
Setahun berikutnya saya dengar drama ini: dalam proses kepailitan itu terjadi kecurangan. Ditemukanlah fakta kuratornya dianggap bermain. Diadukanlah kurator itu ke polisi. Sang kurator ditahan.
Tahun 2015 keluar putusan Mahkamah Agung. Putusan pailit pengadilan negeri Surabaya itu dibatalkan. Surya Kertas sudah telanjur babak belur. Pemiliknya telanjur meninggal dunia.
Yang menarik, apa pun persoalan di antara mereka, sang adik tidak tega Surya Kertas tutup alias meninggal dunia. Maka perusahaan itu diambil alih sang adik.
Jadilah sang adik punya dua pabrik kertas besar.
Sang adik dikenal sebagai orang baik. Pekerja amat keras. Disiplin. Inilah salah satu pengakuan mantan manajer seniornya:
"Saya 17 tahun sebagai salah satu asisten terdekat Pak Winarko Sulistyo. Dalam keseharian di kantor beliau seorang pemimpin karismatik.. yang gigih..berani..low profile ..bicara terbuka dengan bawahan...pantang menyerah..berkemauan keras untuk kemajuan perusahaan".
"Setiap ekspansi besar perhitungannya matang sehingga membuat beliau sukses....secara tidak langsung saya banyak belajar dari beliau. Kita bekerja tidak ada kata tidak bisa jika ada kemauan..keinginan..mencari tahu. Kalau kita berusaha dan mau belajar pasti bisa..jadi jangan pernah berkata tidak bisa.. .ini motto yang selalu saya ingat sampai hari ini".