Kertas Mati

Oleh: Dahlan Iskan

Kertas Mati
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dia tidak kaget mantan bosnya itu meninggal. Usianya sudah 76 tahun. Sudah sering berobat ke Singapura karena memang punya rumah di sana.

Ia punya komorbid yang sama dengan kakaknya: gula darah.

Sang adik juga dikenal tidak mau menyusahkan orang. Maka ketika meninggal dunia, jenazahnya minta dibakar saja. Itu pun cukup dilakukan di Singapura. Tidak usah repot mengurus jenazah pulang ke Indonesia.

Kremasinya pun dilakukan hanya sehari setelah meninggal dunia.

Demikian juga poster digital berita dukanya. Sangat sederhana. Tidak menyebut di rumah sakit mana meninggal, tanggal 8 November itu jam berapa. Pun tidak menyertakan nama Vilia, istrinya.

Di Poster perkabungan itu juga tidak ada nama anak-anak, menantu, dan cucu.

Tidak ada karangan bunga. Tidak ada rumah duka. Tidak ada yang melayat.

Yang lebih hebat dari sang kakak adalah: exit strategy bisnisnya. Ketika sudah tua dan sering sakit ia bikin putusan besar: pabrik kertas itu dijual.

Penolakan itu telah memaksa saya maju: mendirikan pabrik kertas. Mbak Tutut yang meresmikannya. Bersama Jenderal Hartono.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News