Kesaksian Korban Kerusuhan Tinju di Nabire

Bom Asap Bikin Mata Orison Kabur dan Tak Sadar

Kesaksian Korban Kerusuhan Tinju di Nabire
Orison Mote (kanan) bersama korban lainnya di RSUD Nabire, Rabu(17/7). Foto: Sidik M Tualeka/JPPhoto
Ketika kerusuhan terjadi, penonton berebut keluar dari pintu utama GOR seluas 3 x 4 meter. Sebanyak 17 orang meninggal karena terinjak-injak penonton lain. Sementara itu, puluhan lainnya terluka.

""Saya jatuh dan diinjak-injak saat mau keluar lewat pintu besar (utama, Red). Ini semuanya jadi luka,"" ungkap Gemas Tabuni, bocah 12 tahun yang terluka di siku kanan dan kedua lutut. Gemas adalah salah satu di antara tiga korban luka yang kemarin masih dirawat di RSUD Nabire.

Gemas sebenarnya tidak begitu berminat menonton. Dia beralasan tiketnya mahal. Saat sore harga tiket Rp 10.000. Panitia menaikkan jadi Rp 15.000 untuk pertandingan malam. "Saya tidak punya uang untuk beli tiket. Waktu Pak Bupati (Bupati Nabire Isaias Douw, Red) bilang semua masuk gratis, saya ikut masuk," tuturnya.

Selain satu pintu utama, GOR yang berdekatan dengan asrama Kepolisian Nabire tersebut memiliki empat pintu cadangan. Dua pintu berukuran 2 x 4 meter di sisi kiri dan kanan serta dua pintu lain berukuran 1 x 2 meter di samping panggung.

Final kejuaraan tinju amatir Bupati Cup di GOR Kota Lama, Nabire, Papua, Minggu (14/7) malam lalu, sedianya menjadi pesta rakyat. Ribuan penonton

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News