Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut

Beni Selamat Berkat Tembok dan Sepeda Onthel

Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut
Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut

Beni merasa beruntung selalu berangkat ke gereja mengendarai sepeda onthel. Sebab, jika naik sepeda motor, dia harus menuju ke areal parkir yang tidak terhalang oleh tembok. "Kalau saya naik sepeda motor, malah parah saya, Mas. Soalnya, nggak ada tembok penghalang," tambahnya.

Beni menambahkan, tidak ada firasat apa pun sebelum bom meledak. Hanya, saat akan berangkat dari rumah di RT 1/RW 13 Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, dia sempat ragu-ragu. Tetapi, dia mengabaikannya karena merasa hanya seminggu sekali menjalankan ibadah tersebut. "Saya sudah ogah-ogahan mau berangkat. Rencananya mau berangkat yang sore. Tapi saya kerja. Terus, kalau mau jadwal yang pagi, rata-rata anak-anak. Ya, sudah, berangkat yang jam setengah sembilan saja," katanya.

Korban lain yang nasibnya tak seberuntung Beni adalah Grace Lilyana. Gadis 18 tahun itu posisinya sekitar empat langkah dari pelaku. Akibatnya, dia terluka cukup parah. Warga Kampung Gondang, Kelurahan Manahan, itu terluka di punggung kanan dan harus dijahit.

Bukan hanya itu. Kaki kiri terluka, tangan sedikit melepuh, serta rambutnya terbakar karena terkena percikan api dari ledakan tersebut. "Bagian kaki juga terkena serpihan logam, namun hanya luka ringan," kata siswa SMK Sahid Surakarta ini.

Insiden bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Kepatihan Solo, menyisakan trauma bagi para korban. Inilah kisah mereka yang nyawanya nyaris terenggut itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News