Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut

Beni Selamat Berkat Tembok dan Sepeda Onthel

Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut
Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut

Lain lagi kesaksian salah satu jemaat Gereja GBIS Kepunton, bernama Ninuk, 38. Dia sama sekali tidak mengira bahwa ledakan tersebut adalah bom bunuh diri. Warga Kadipiro, Banjarsari, itu mengatakan, banyak jemaat yang menduga ledakan itu dari sebuah air conditioner (AC) yang berada di atas pintu masuk gereja.

"Saat saya turun, baru empat tangga dari lantai dua menuju ke pintu keluar, tiba-tiba ada ledakan. Saya dan teman-teman jemaat mengira AC-nya meledak. Sebab, ada kepulan asap tebal di pintu masuk gereja. Tapi, setelah asap hilang, tahu-tahu ada yang tergeletak penuh darah di samping pintu," kata Ninuk.

Ninuk memang terbiasa keluar dari ruang kebaktian paling akhir. Saat itu dia duduk di sebuah kursi lantai dua bersama sang buah hatinya, Vella, 11. Setelah jemaat mulai berkurang, Ninuk turun menuju pintu utama gereja.

Ketika terjadi ledakan, posisi Ninuk hanya berjarak sekitar tujuh meter. Ketika mengetahui kejadian yang sesungguhnya, dia langsung memeluk buah hatinya dan tak lupa memanjatkan puji syukur karena selamat dari tragedi itu. Terhindar dari tragedi itu merupakan suatu mukjizat dari Tuhan bagi dirinya. Alasannya, baru kali ini anaknya ikut duduk menemaninya setelah kebaktian. Padahal, Vella sering berdiri tepat di lokasi kejadian ketika menunggu dirinya selesai kebaktian.

Insiden bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Kepatihan Solo, menyisakan trauma bagi para korban. Inilah kisah mereka yang nyawanya nyaris terenggut itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News