Kesaksian tentang Detik-Detik Terakhir Widjajono Partowidagdo di Tambora

Janji Bagikan Jaket dan Kompor setelah Pendakian Berakhir

Kesaksian tentang Detik-Detik Terakhir Widjajono Partowidagdo di Tambora
Rombongan membawa tandu jenazah Prof Widjajono Partowidagdo saat menuruni lereng Gunung Tambora, Sabtu (21/4). Foto : Lombok Post/JPNN
Dia mengaku sengaja tidak segera menyampaikan kabar tersebut kepada bupati Bima maupun bupati Dompu dengan pertimbangan agar tidak terjadi kepanikan. Bahkan, dari seluruh anggota rombongan, hanya beberapa yang mengetahui bahwa Wamen telah meninggal dunia.

Untuk membawa Widjajono turun, Khaldun memanfaatkan bambu yang tertancap di puncak Tambora lalu dipotong menjadi dua. Sarung miliknya ditambatkan ke dua bambu itu. Proses menurunkan Widjajono juga harus dilakukan dengan ekstrahati-hati. Sebab, kemiringan gunung setinggi 2.400 meter tersebut rata-rata 50 derajat.

Sementara itu, Ilham sama sekali tak menyangka bahwa Widjajono bakal pergi semendadak itu. Sebab, saat tidur satu tenda kecil bersama seorang Kabid Distamben Kabupaten Bima yang diletakkan di tengah tenda besar tempat anggota rombongan lain tidur, Ilham dan Widjajono banyak bertukar pikiran.

Ilham, misalnya, melaporkan beberapa potensi sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk listrik. Seperti sumber energi panas di Hu"u, Kabupaten Dompu. Sedangkan Widjajono bercerita tentang rencananya menjadikan Gunung Tambora sebagai lokasi geowisata.

Sejak di Dompu, Widjajono Partowidagdo sudah terlihat lelah. Beberapa anggota rombongan yang mendaki Tambora bersama Wamen ESDM itu juga mual-mual

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News