Kesedihan Bidan yang Kehilangan Empat Pasien Hamil

Kesedihan Bidan yang Kehilangan Empat Pasien Hamil
Kesedihan Bidan yang Kehilangan Empat Pasien Hamil
Perjalanan kembali ke Gunung Tigo ibarat menyibak kembali lembar buku yang dahulu belum rampung dibaca. Sebab, dalam perjalanan yang kedua, wartawan Jawa Pos Nany Wijaya menemukan hal-hal yang menjadi pelengkap dari perjalanan pertamanya. Apa saja itu, inilah detailnya.

 

Permen pemberian pramugari Garuda yang bernama Dani (bukan Dian, seperti yang ditulis kemarin. Maaf) benar-benar mewarnai perjalanan saya kembali ke Gunung Tigo.  Ketika mobil kami berhenti di pinggir jalan, banyak mata menatap heran dan bertanya-tanya. Tetapi, saya yakin, mereka menduga kami akan menanyakan sesuatu. Begitu pula anak-anak yang ada di situ.

Karena membawa cukup makanan kecil dan permen, dalam perjalanan kedua itu, saya yang hari itu hanya ditemani pimpinan Pos Metro Padang Sukri Umar dan Iyut Yuliastuti dari Padangtv sengaja berhenti di tempat-tempat yang banyak anak kecil berkumpul. Ketika mereka masih menerka-nerka tujuan kami berhenti, Iyut sudah memanggil anak-anak itu. Kemudian, dia menyodorkan telapak tangannya yang penuh dengan permen yang bungkusnya berwarna-warni.

Sejak gempa mengoyak, camilan dan kembang gula memang menjadi mewah bagi anak-anak itu. Karena itu, ekspresi wajah mereka langsung berbinar begitu melihat banyak permen di tangan Iyut.  Anak-anak itu makin terbelalak dan senyumnya makin lebar karena Iyut ternyata tidak hanya memberi mereka satu?dua butir permen. Tapi, membiarkan anak-anak itu mengambil sebanyak yang mereka mau. Begitu mendapat permen, anak-anak itu langsung lari menghambur ke orang tua masing-masing sambil bersorak gembira.

Perjalanan kembali ke Gunung Tigo ibarat menyibak kembali lembar buku yang dahulu belum rampung dibaca. Sebab, dalam perjalanan yang kedua, wartawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News