Kesenjangan Ekonomi di Sydney Makin Terasa karena Lockdown COVID-19

Elena Bermeister, seorang 'single mother' baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-40.
Saat ia hendak membeli kue, ia kebingungan. Bukan karena sulit memilih rasa, tapi karena pertimbangan harga dan seberapa mampu ia membeli kue.
Ia sebenarnya tertarik dengan 'cheese cake', yang harganya A$20, atau lebih dari Rp200 ribu. Tapi 'mud cake' memiliki harga setengahnya dan bagianya jauh lebih ekonomis.
"Ini sebenarnya lebih untuk anak-anak saya yang merayakan, sebagai bentuk penghiburan saat lockdown," katanya sambil tersenyum sambil bayar.
'Lockdown' kedua di Sydney semakin memperlebar perbedaan antara warga yang sebelumnya sudah mengalami kesulitan hidup dengan yang tidak.
Perbedaan semakin jelas saat membandingkan kawasan Sydney timur, tempat wabah Delta dimulai, dengan bagian barat Sydney, yang sekarang menjadi salah satu 'hotspot' penularan.
Menurut data lembaga Oxfam, 31 orang miliarder di Australia mengalami kenaikan jumlah kekayaan dengan total A$85 miliar sejak awal pandemi COVID-19.
Sementara beberapa warga bahkan sudah tidak mampu membeli makanan.
Ahli epidemiologi Deakin University, Sharon Brennan-Olsen, mengatakan Sydney sedang mengulangi pola ketidaksetaraan di Melbourne yang disebabkan oleh lockdown
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Krisis Telur, Sampai Terpaksa Impor
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi