Kesenjangan Tenaga Kerja dan Infrastruktur jadi Kendala Penggunaan AI

jpnn.com - The Avanade Trendlines: AI Value Report yang dilakukan atas 4.100 responden pengambil keputusan dan pemimpin perusahaan TI di seluruh dunia menemukan berbagai hal menarik seputar pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial entellegence (AI). Salah satunya, bahwa penggunaan AI mampu mendorong pendapatan baru sekaligus membangun budaya kerja kolaboratif di perusahaan.
Disebutkan juga, organisasi menengah di Asia Pasifik telah menggunakan kecerdasan buatan dengan penuh percaya diri, dan sebagian besar mendapatkan keuntungan hingga empat kali lipat dalam waktu 12 bulan.
"Namun,adanya kesenjangan dalam segi tenaga kerja, tata kelola data, dan infrastruktur teknologi menjadi kendala utama untuk mencapai keuntungan berkelanjutan," kata President Avanade Asia Pasifik, Bhavya Kapoor, Senin (9/12).
Dia menjelaskan, ada antusiasme kuat terhadap potensi AI, di mana sasaran utama pada 2025 adalah penggunaan alat bantu AI, seperti Microsoft Copilot, guna mendongkrak pendapatan baru. Juga adanya peningkatan alokasi anggaran untuk proyek AI generatif hingga 50%.
"Temuan juga menunjukkan, 85% responden menyatakan kekhawatiran akan kehilangan daya saing tanpa adopsi AI yang cepat. Oleh karena itu, mempercepat implementasi penggunaan AI merupakan prioritas utama," tuturnya.
Laporan ini juga menggarisbawahi kekhawatiran yang mendesak seputar infrastruktur teknologi dan keamanan data. Sebanyak 95% pemimpin perusahaan berupaya mempercepat rencana memodernisasi sistem lama dan 76% menyatakan bahwa kualitas dan tata kelola data yang buruk menghambat kemajuan AI.
Sebanyak 94% responden juga menyatakan bahwa perlindungan data sensitif sangat penting, oleh karenanya perusahaan meningkatkan investasi dalam tata kelola data, dengan 44% berencana menerapkan platform data baru dan 41% menetapkan standar tata kelola.
Di sisi lain, untuk mendukung perluasan AI, anggaran akan difokuskan pada platform data dan analitik (27%), otomatisasi (17%), serta keamanan dan ketahanan siber (15%).
Kesenjangan tenaga kerja dan infrastruktur jadi kendala penggunaan kecerdasan buatan atau AI. Hal ini sesuai laporan dari The Avanade Trendlines.
- ForU AI Memimpin Revolusi Real-World AI Agent
- Jawab Tantangan Transformasi Digital, Scala by Metranet Hadirkan 3 Layanan Utama
- Pertamina NRE Beber Manfaat Perdagangan Karbon di Forum Ini, Apa Saja? Simak ya
- Bos Freeport Sebut Smart Mining Lebih Aman & Produktif
- Kinerja Sustainability Pertamina Lampaui Target, Segini Capaian Dekarbonisasi di 2024
- Groundhog DSP Hadirkan DKT Berbasis AI ke Pasar Digital Indonesia