Kesepakatan Dagang RI-Australia Perlu Kemauan Politik

Indonesia dan Australia semakin mendekati batas waktu untuk mengunci kesepakatan dagang bilateral, tapi kurangnya kepercayaan satu sama lain menjadi hambatan terbesar.
Menurut Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo, dibutuhkan kemauan politik lebih besar dan panduan dari pemimpin kedua negara agar perjanjian itu bisa diamankan.
Ia mengatakan Australia juga perlu untuk membuka pintu bagi pekerja Indonesia.
"Saya pikir tampaknya kita kurang percaya satu sama lain," kata Iman yang kepala negosiator perdagangan Indonesia.
"Tapi saya pikir dengan kunjungan antara kedua menteri, suasananya semakin baik."
Menteri Perdagangan Australia Steve Ciobo berada di Jakarta pekan ini untuk pertemuan ke-17 dengan Menteri Perdagangan Enggartiaso Lutika.
Kedua pihak menyatakan telah menetapkan tenggat waktu November untuk kesepakatan, sebulan lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya. Tapi keduanya tidak berkomentar tentang rincian negosiasi.
Kedua negara mengatakan ini akan menjadi perjanjian yang sama-sama menguntungkan, tapi itu akan bisa teruji bila detailnya sudah diungkap.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia