Ketabahan Mereka yang Menderita Penyakit Langka (2-Habis)

Bersyukur Banyak Teman yang Beri Semangat Hidup

Ketabahan Mereka yang Menderita Penyakit Langka (2-Habis)
Foto : Tomy C Gutomo/JAWA POS

Sampai di Rumah Sakit Jakarta di kawasan Semanggi, akuntan lulusan STIE Trisakti itu langsung masuk ke UGD. Darahnya diambil untuk dianalisis. Hasilnya, trombosit Becky hanya 3 ribu. Normalnya seseorang memiliki trombosit 150 ribu-450 ribu per mikroliter darah. Dokter mengharuskan Becky dirawat inap.  Selama 20 hari Becky tinggal di rumah sakit ini. Tiga infus menemani kesehariannya di RS Jakarta. Sehari dua kali, dia harus diambil darahnya untuk mengetahui perkembangan trombosit. Kadang darah tidak hanya diambil dari tangan, tapi juga dari kaki.

Trombosit Becky naik turun. Paling tinggi 32 ribu. Kadang-kadang malah tidak terdeteksi. Dokter belum berani mengambil tindakan medis. ’’Tapi, tetap tidak membolehkan aku pulang. Takut pendarahan dan tidak bisa berhenti. Kalau itu terjadi, saya bisa meninggal,’’ katanya.

Untunglah Becky termasuk gadis supel. Teman-temannya dengan setia dan bergantian menungguinya di RS. ’’Saya bersyukur punya temen-teman yang hebat banget. Mereka yang menyemangati aku untuk tetap hidup,’’ ujarnya.

Karena trombositnya tidak ada kemajuan, dokter hematologi memutuskan melakukan BMP (bone marrow procedure), yakni mengambil cairan sumsum tulang belakang. Dengan bius lokal, tulang belakang dekat pinggul Becky dibor. Jika tidak tepat, pengeboran ini bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian. ’’Jangan tanya deh gimana rasanya. Ngilu luar biasa,’’ ungkapnya. ’’Saya baru tahu, warna sumsum itu indah sekali,’’ sambungnya.

Tiga tahun berjuang melawan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) membuat Rebecca Marthina terbiasa hidup ekstrahati-hati. Sebab, sembrono sedikit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News