Ketabahan Mereka yang Menderita Penyakit Langka (2-Habis)

Bersyukur Banyak Teman yang Beri Semangat Hidup

Ketabahan Mereka yang Menderita Penyakit Langka (2-Habis)
Foto : Tomy C Gutomo/JAWA POS

Lima hari lamanya, Becky dirawat di ICU. Sampai lebih dari 10 hari kemudian, dia tetap dirawat di rumah sakit. Malam tahun baru 2006 dilewatinya di ruang perawatan seorang diri. Gara-gara ITP, wajah Becky menjadi tembem, bulat, dan matanya menyipit. Itu berlangsung hingga enam bulan lamanya.

Kondisi Becky kini sudah cukup baik. Trombositnya minggu lalu naik hingga menjadi 162 ribu. Normal. Dia juga kembali bekerja. Tapi, tetap dengan syarat tidak boleh kecapekan, stres, terbentur, atau terluka. Langkah protektif tetap dilakukan. Setiap sakit, walau hanya flu, harus tetap diambil darah untuk untuk melihat kondisi trombositnya. ’’Ya, mengukur diri, kalau terasa agak capek langsung istirahat,’’ katanya.

Semangat hidup besar yang dimiliki Becky dalam menghadapi penyakitnya membuatnya kerap diminta memotivasi penderita ITP lain. Beberapa kali dokter rumah sakit memanggilnya jika ada pasien ITP baru yang kehilangan semangat hidup.

Dengan kesadaran sendiri, setiap mendengar ada orang yang terkena ITP, baik orang dewasa atau anak-anak, Becky selalu berusaha menghubungi. ’’Kalau anak-anak saya hubungi orang tuanya,’’ katanya.

Tiga tahun berjuang melawan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) membuat Rebecca Marthina terbiasa hidup ekstrahati-hati. Sebab, sembrono sedikit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News