Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)

Sebulan Enam Kali Bedah Kepala, Anggap Dapat Pinjaman Umur

Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)
Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)
Tiba-tiba, tutur dia, setelah menghelat acara buka puasa di kantornya pada 1999, muncul ruam merah di kulitnya. Semula, dia tidak memedulikan karena menilai hanya penyakit kulit biasa.

Tapi, begitu dokter kulit menyatakan Dian harus cek darah, kekhawatiran mulai berkecamuk di hatinya. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa trombosit Dian merosot drastis, tinggal 10 persen. ’’Padahal, saya merasa kondisi saya sangat sehat. Kalau agak lemas, ya seperti umumnya orang kecapaian,’’ jelasnya.

Dian semula diduga terkena demam berdarah. Dia pun masuk rumah sakit. Saat sumsum belakangnya diambil, baru diketahui bahwa Dian terserang lupus.

Untuk meningkatkan trombositnya, Dian harus menenggak tablet sejenis steroid yang kemudian menimbulkan efek samping ke otak, selain membuat mukanya menjadi bulat. Saraf penglihatan pun terganggu dan dia tak lagi mampu melihat secara jelas indahnya dunia.

Dian dilarikan ke RS Mount Elizabeth, Singapura. Di negara pulau itu, dalam sebulan pertama, dia harus dioperasi enam kali di bagian kepala. Dia menjalani VP Shunt (ventriculoperitoneal shunt), pemasangan semacam slang dari bagian otak ke rongga perut untuk memperlancar sirkulasi cairan otak. Pelan tapi pasti, kondisi Dian mulai stabil. Dia bahkan bisa menunaikan ibadah haji pada 2000, meski harus menggunakan kursi roda. Namun, ternyata kondisinya kembali labil dua tahun kemudian. Dia berkali-kali keluar-masuk rumah sakit.

Di kalangan aktivis pemberdaya penderita lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE), nama Dian Syarief sudah tidak asing. Dian yang menderita

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News