Ketahuilah, Lompat Batu Ada Ritualnya

Ketahuilah, Lompat Batu Ada Ritualnya
Atraksi Lompat Batu di Desa Orahili Fau, desa tertua kedua di Nias. Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos/JPG

jpnn.com - DI banyak daerah, lompat karet adalah permainan tradisional anak perempuan. Tetapi di Desa Orahili Fau, desa tertua kedua di Nias, lompat karet justru mainan anak laki-laki. Permainannya relatif keras.

Anak-anak melompati tali karet yang dipegangi dua orang, dengan berlari di atas halaman desa yang dilapisi bebatuan. Tempat mendaratnya pun bebatuan. Permainan yang rawan cedera kaki, awww...

Dame Ambarita, Nias

Belasan pemuda Orahili Fau berturut-turut melompati Hombo Batu dalam atraksi khusus menyambut rombongan Indonesian Trip Advisors, yang berkunjung ke desa mereka, akhir pekan lalu.

Satu pemuda berlari dan hup... ia melompat... disusul satu pemuda lagi... seorang lagi... lagi.. lagi... lagi semua hanya hitungan detik. Alhasil, para fotografer yang ingin mengabadikan momen spesial itu rada kewalahan mengambil angle dari beberapa sudut.

Atraksi mereka diiringi sorakan meriah ratusan warga desa yang antusias menonton. Jika seorang berhasil melompat sempurna, sorakan meriah diterimanya. Bagi yang jatuhnya tidak sempurna, warga bersorak rada kecewa. Meski tidak mengurangi dukungan terhadap pemuda-pemuda istimewa itu.

Pemuda yang mampu tampil dengan kaki mengayuh di udara, mendapat sorakan lebih keras. Konon, keterampilan itu perlu keahlian dan kecepatan khusus, karena mereka harus mendarat di pasir keras dalam hitungan detik. Salah mengukur, kaki bisa tidak stabil saat mendarat.

Bagaimana para pemuda Nias belajar melompati batu seperti itu?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News