Ketahuilah, Lompat Batu Ada Ritualnya
Karena itulah... atraksi lompat batu di desa ini bukan sembarangan atraksi. Ada ritual khusus di sana. Sebelum Hombo Batu dimulai, penatua desa akan ’membuka’ batu dengan ’doa’. Dan setelah atraksi selesai, penatua akan ’menutup’ batu juga dengan ’doa’.
Dalam sejarah Desa Orahili Fau, ada belasan tumbal kepala manusia –disebut nifo binu-- di berbagai titik.
”Ada tumbal kepala manusia di bawah Taneme Wahe (pusat desa), tumbal di bawah rumah panjang, tumbal di bawah hombo batu, bahkan tumbal untuk mengawal kuburan pemimpin desa,” jelasnya,
Dulu, jenazah pemimpin desa diangkat di atas tiang-tiang, hingga membusuk di sana. Jenazah itu harus dikawal hingga 10 tumbal kepala manusia.
Dari manakah tumbal-tumbal itu diperoleh?
”Dari mana saja. Para tumbal bisa saja warga desa lain yang sembarang ditemui, atau warga desa Orahili Fau yang tidak pernah menginjak desanya. Para prajurit berburu tumbal ke seluruh Nias. Dan setiap kepala dihargai 6 pon emas,” katanya.
Karena itulah, pembuatan hombo batu tak sembarangan. Hombo batu adalah kriteria puncak pembuatan sebuah desa. Saat ini, tradisi tumbal tidak ada lagi seiring masuknya agama ke desa ini. (*/bersambung)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408