Ketahuilah, Lompat Batu Ada Ritualnya

Ketahuilah, Lompat Batu Ada Ritualnya
Atraksi Lompat Batu di Desa Orahili Fau, desa tertua kedua di Nias. Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos/JPG

Karena itulah... atraksi lompat batu di desa ini bukan sembarangan atraksi. Ada ritual khusus di sana. Sebelum Hombo Batu dimulai, penatua desa akan ’membuka’ batu dengan ’doa’. Dan setelah atraksi selesai, penatua akan ’menutup’ batu juga dengan ’doa’.

Dalam sejarah Desa Orahili Fau, ada belasan tumbal kepala manusia –disebut nifo binu-- di berbagai titik.

”Ada tumbal kepala manusia di bawah Taneme Wahe (pusat desa), tumbal di bawah rumah panjang, tumbal di bawah hombo batu, bahkan tumbal untuk mengawal kuburan pemimpin desa,” jelasnya,

Dulu,  jenazah pemimpin desa diangkat di atas tiang-tiang, hingga membusuk di sana. Jenazah itu harus dikawal hingga 10 tumbal kepala manusia.

Dari manakah tumbal-tumbal itu diperoleh?

”Dari mana saja. Para tumbal bisa saja warga desa lain yang sembarang ditemui, atau warga desa Orahili Fau yang tidak pernah menginjak desanya. Para prajurit berburu tumbal ke seluruh Nias. Dan setiap kepala dihargai 6 pon emas,” katanya.

Karena itulah, pembuatan hombo batu tak sembarangan. Hombo batu adalah kriteria puncak pembuatan sebuah desa. Saat ini, tradisi tumbal tidak ada lagi seiring masuknya agama ke desa ini. (*/bersambung)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News