Ketegangan Intens dalam Pengepungan di Bukit Duri

Ketegangan Intens dalam Pengepungan di Bukit Duri
Para pemain dan tim produksi film Pengepungan di Bukit Duri. Foto: Dok. Poplicist

Lewat latar yang dibangun oleh Dennis Susanto, dengan sinematografi yang diramu oleh kolaborator lama Joko Anwar, Jaisal Tanjung, serta musik yang digubah oleh Aghi Narottama, menjadikan dunia di Pengepungan di Bukit Duri layaknya sebuah negara yang salah urus.

Pengepungan di Bukit Duri sekaligus menjadi potret diri bagi bangsa ini, namun juga pengingat untuk terus bercermin.

Menjadikan Pengepungan di Bukit Duri sebagai film yang membawa isu yang sangat urgen dan penting untuk ditonton, agar mata terbuka sehingga bisa mulai berpikir dan tercerahkan.

Pengepungan di Bukit Duri mengajak penonton untuk membuka pikiran tentang kekerasan, yang bisa dibicarakan dengan secara terbuka.

“Film ini bukan tentang masa lalu, tetapi tentang apa yang terjadi ketika kita pura-pura lupa. Kadang, yang paling menakutkan bukan kekerasan itu sendiri, tapi sistem yang membiarkannya tumbuh," kata Joko Anwar.

“Kami menghadirkan film ini dengan standar produksi tertinggi, karena cerita seperti ini layak disampaikan dengan sepenuh kualitas,” sambung Tia Hasibuan.

Pengepungan di Bukit Duri mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey). Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang.

Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya.

Film terbaru karya sutradara Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High) segera tayang di bioskop.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News