Ketekunan Berfilateli Antar Fadli Zon Sabet 4 Rekor MURI

Namun, justru karena itu pula filateli menjadi makin menarik. Sebab, menekuni filateli tak akan lepas dari mempelajari sejarah.
“Tak banyak lagi yang bersurat atau mengirim kartu pos seperti zaman dulu. Namun sebagai bagian dari budaya material, nilai sejarah dari hobi filateli tentu semakin bertambah lagi. Benda-benda filateli kini posisinya bahkan tak ada bedanya seperti artefak bagi kajian arkeologi,” ulasnya.
Fadli juga punya harapan agar filateli bisa disosialisasikan di sekolah. Yakni dengan mengajarkan siswa menulis surat.
“Agar mereka terampil berbahasa, bisa merumuskan pikiran, dan menyadari pentingnya berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain melalui medium tulisan, bukan hanya lisan. Seiring meluasnya kemajuan IT, keterampilan berbahasa kita justru makin buruk. Padahal, kekacauan berbahasa bisa membawa kekacauan berpikir dan bertindak,” tuturnya.
Fadli memiliki 5.125 lembar kartu pos bergambar kota-kota di era Hindia Belanda antara lain Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), Sukabumi, Semarang, Surabaya dan kota-kota lainnya. Sedangkan untuk koleksi SHP, Fadli memiliki berbagai macam variasi dari sisi cap tanggal terbit, cachet gambar sampul, hingga cap tanggal kota.
Adapun untuk kategori lukisan prangko, Fadli juga punya banyak koleksi. Terakhir untuk kategori kolektor proof, Fadli mengoleksi prangko dalam kondisi masih lembaran utuh. Total ada 124 lembar atau setara 34,72 meter.(jpg/jpnn)
Fadli Zon memiliki 5.125 lembar kartu pos bergambar kota-kota di era Hindia Belanda seperti Batavia, Buitenzorg, Sukabumi, Semarang, Surabaya dan kota lainnya.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Jadi Ketua Dewan Pembina PARFI '56, Fadli Zon Sampaikan Komitmen untuk Industri Film
- Di Hong Kong, Fadli Zon Banggakan Film Nasional kian Mengglobal
- Hong Kong International FILMART 2025, Fadli Zon: Saatnya Indonesia Jadi Pemain Utama
- Hari Musik Nasional 2025, Vinyl Indonesia Raya dari 8 Versi Diluncurkan
- Berdialog dengan Fadli Zon, Putu Rudana: Seni Budaya Harus Jadi Mercusuar Bernegara
- Piring Kembar