Keterampilan Sosial, Kunci Hindari Anak dari Depresi
ANAK usia belasan tahun rentan dibully, khususnya ketika mereka sedang ada di sekolah. Akibatnya, banyak dari mereka depresi atau frustrasi. Namun, bukan berarti depresi tidak bisa dihindari saat anak menjadi korban bullying.
Peneliti dari Australian Institute of Studies Family mengungkap, kunci agar anak terhindar dari depresi setelah dibully adalah dengan memiliki keterampilan sosial yang cakap. Untuk studinya, peneliti menggunakan data dari 1.150 anak untuk mengidentifikasi berapa anak yang mengalami bullying saat usianya 13 dan 14 tahun.
Enam tahun setelah itu, anak-anak yang mengalami bullying mendapat penanganan untuk mengukur efek jangka panjang dari tindakan bullying yang mereka terima. Salah satu peneliti, Suzanne Vassallo menemukan bahwa seperempat dari remaja muda mengalami bullying. Saat mereka berusia 19 tahun, anak-anak yang sering dibully lebih mungkin mengalami depresi.
"Remaja yang berisiko mengalami depresi akibat dibully rata-rata memiliki kecenderungan antisosial saat di sekolah. Oleh karena itu, kemampuan mereka untuk berinteraksi, beradaptasi, dan keterampilan sosial lainnya berperan penting," kata Vassallo, seperti dilansir laman Sydney Morning Herald.
Ketika anak tidak terampil secara sosial, mereka akan lebih temperamental, tidak stabil, dan bereaksi berlebihan terhadap situasi yang dialaminya. Sehingga, mereka akan mudah marah, frustrasi, dan mengalami penderitaan mental dalam jangka panjang.
Sebaliknya, ketika korban bullying ini mempunyai keterampilan bersosialisasi yang baik, anak tidak terlalu temperamen dan lebih bisa membuka lagi pergaulan mereka. Sehingga, depresi bisa dihindari meskipun sedikit trauma diakui Vassallo masih bisa terjadi.
"Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mendidik anak agar tidak antisosial. Jika mereka dibully, sembuhkan rasa traumanya dengan mengajaknya bersosialisasi dan mengenal lingkungan lebih baik," pungkas Vassallo.(fny/jpnn)
ANAK usia belasan tahun rentan dibully, khususnya ketika mereka sedang ada di sekolah. Akibatnya, banyak dari mereka depresi atau frustrasi. Namun,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
- Majukan Brand Lokal Indonesia Melalui Panggung Hybrid Fashion Show
- Herbalife Kampanyekan Pentingnya Asupan Protein, Dorong Hidup Sehat
- 5 Manfaat Air Perasan Jeruk Nipis, Bantu Cegah Serangan Penyakit Ini
- Chief Human Capital Officer ACC Raih Indonesia Most Powerful Women Awards 2024
- 6 Manfaat Air Rebusan Pare Campur Madu, Bikin Diabetes Ambyar