Ketergantungan terhadap QRIS Makin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan

Ketergantungan terhadap QRIS Makin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan
Direktur Utama PT TDC Indra mempresentasikan tentang cara mengunakan aplikasi Poskulite kepada merchant. Foto: dok sumber

Kendati demikian Eko memberi catatan khusus soal literasi digital payment yang masih belum merata dan maksimal di Indonesia.

Eko berharap ke depan, pemerintah dan perbankan lebih massif sosialisasi soal literasi penggunaan pembayaran digital untuk semua kalangan dan pasar.

"Saya pernah iseng main ke pasar kaget, rata-rata penjual yang sudah berumur bilang masih belum paham soal QRIS dan pembayaran digital karena merasa ribet. Mindset mereka masih cash. Padahal market sekarang yang suka jajan di bawa umur 50, mereka sudah lebih suka cashless," kata Eko.

"Kalau faktanya gitu potensi loss bussines jadi besar. Sering kali pembeli atau vendor enggak bawa uang, maunya QRIS tapi pelaku belum bisa menyediakan. Jadi literacy soal digital payment harus lebih digencarakan," demikian tambah Eko.

Indra, praktisi dan juga Dirut Utama PT TDC yang merupakan perusahaan keuangan digital membenarkan efisiensi dan keuntungan yang dirasakan oleh penguna QRIS.

“Contohnya produk kami, Poskulite yang menyediakan layanan QRIS. Tidak perlu bayar untuk diunduh, gratis, dan fiturnya mudah dipelajari,” ujarnya.

Ia mencontohkan fitur Kasirku di posku lite merupakan fitur utama untuk berjualan. Dengan Fitur Kasirku, pengguna dapat menerima pembayaran secara fleksibel melalui cash, QRIS, dan bank transfer.

“Jadi, baik pelanggan yang ingin membayar tunai maupun yang lebih suka transaksi digital dapat dilayani dengan mudah,” tambahnya.

Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA) 8.0 dan PT TDC menyakini masyarakat Indonesia sudah merasakan efisiensi dan keuntungan menggunakan QRIS

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News