Ketidakpercayaan Warga kepada Aparat Hambat Vaksinasi di Papua

Ketidakpercayaan Warga kepada Aparat Hambat Vaksinasi di Papua
Warga menerima suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama di Agats, Asmat, Papua, Kamis (01/07/2021). (Supplied: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Trauma terhadap aparat keamanan yang turun temurun

Kekhawatiran warga Papua takut dibunuh di klinik lewat program vaksinasi menurut Amnesty Internasional Indonesia memiliki alasan yang mendasar.

"Sangat-sangat mendasar," ujar Novel Matindas, Koordinator Kampanye Amnesty International Indonesia.

“Karena trauma atas kekerasan hak asasi manusia di Papua itu jelas ada dan itu dikatakan sebagai trauma turun temurun yang bisa diwariskan dari orang tua pada anak."

“Mereka adalah korban kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, yang tidak diselesaikan secara benar dan adil," jelas Novel.

“Sehingga mereka masih menyimpan rasa takut dan tidak mungkin ada beberapa orang yang menyimpan rasa dendam terhadap apparat keamanan yang melakukan pelanggaran HAM.”

Dinkes Papua: 'Tidak ada masalah'

Dokter Aaron Rumainum, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Papua menilai tidak ada masalah dengan pelaksanaan vaksinasi di Papua.

"Aparat membantu percepatan. Tidak ada masalah."

"Yang kerjakan kan puskesmas, bukan aparat. Kami juga waktu vaksinasi tidak melibatkan aparat," kata dr Aaron melalui layanan pesan kepada ABC Indonesia.

Selain maraknya hoaks dan berbagai teori konspirasi, ada penyebab lain yang menyebabkan program vaksinasi COVID-19 tersendat, yakni ketidakpercayaan pada aparat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News