Ketidaksetaraan Laki-Laki dan Perempuan di Bidang STEM Masih Tinggi

Ketidaksetaraan Laki-Laki dan Perempuan di Bidang STEM Masih Tinggi
Country Head Tanoto Foundation Indonesia Inge Kusuma (kemeja hijau), di SDGs Festival, Jakarta. Foto dok. TF

Hal itu tercapai berkat sistem pendidikan yang lebih baik, kebijakan gender, dan ekonomi yang lebih kuat.

Padahal, salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan PBB dan menjadi target pemerintah pada 2030, ialah mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. 

Inge Kusuma menjelaskan SDGs Festival merupakan bagian dari SDGs Annual Conference 2024, yang bertujuan untuk mengumpulkan pemangku kepentingan yang terlibat dalam pencapaian SDGs Indonesia.

Juga melakukan diseminasi capaian SDGs untuk memastikan pembangunan inklusif dan akuntabel. 

"Banyak anak perempuan dipaksa menikah terlalu dini atau terlibat dalam hubungan transaksional demi bertahan hidup atau membantu keluarganya, situasi itu meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan kekerasan berbasis gender," imbuhnya.

Kesenjangan dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan bagi anak perempuan, terutama di daerah krisis, juga sangat mencolok.

Laporan Orange the World dari UN Women tahun 2020 juga menyoroti bagaimana ketidaksetaraan ini berdampak pada kesejahteraan fisik dan mental anak perempuan. 

“Realita ini menunjukkan bahwa saat ini ruang gerak perempuan masih terbatas dan kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,” pungkas Inge. (esy/jpnn)


Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan di bidang STEM masih tinggi sehingga perbedaannya sangat menyolok


Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News