Ketika Erika Ingin Wortel yang Pendek
Oleh Dahlan Iskan
Dulu ia bekerja sebagai pemerah susu sapi. Milik orang tuanya.
Harga susu terus merosot. Kalah dengan susu impor. Peternak sapi perah kian terdesak. Padahal Batu - Pujon adalah rajanya. Dulu.
Sapi-sapi itu dijual. Terpaksa cari pekerjaan lain. Jadi tukang angkat di toko tuannya itu.
Kini suami-istri itu jadi petani. Jadi tuan untuk diri mereka sendiri. Tanahnya sudah 9 ha. Tersebar di beberpa lokasi. Yang dibeli secara bertahap.
Lima belas tahun lalu, Batu dilanda hama. Kentang hancur. Tanam. Hancur lagi. Tanam lagi. Hancur lagi. Banyak petani menderita. Jual tanah mereka.
Itu karena penanaman yang terus-menerus. Dari kentang ganti kentang. Lalu ganti kentang lagi.
Ada petani yang menemukan cara. Tanah kebun itu dicangkul lebih dalam. Tanahnya dibalik. Tidak bisa dengan cangkul biasa. Kurang dalam. Harus dengan alat berat. Ekskavator. Mahal sekali.
Itulah sebabnya petani seperti Erika berubah. Menggilir lahannya. Antara kentang dan wortel. Tapi tahunya ya wortel panjang itu.