Ketika Jepang Diguncang Gempa, Fitri Langsung Lari
Lulusan terbaik UGM tersebut pernah dua kali menerima royalti dari patennya itu. Nominalnya tak seberapa, tidak sampai Rp 10 juta.
Namun, Fitri tetap bangga. Bagi dia, nominal royalti itu bukan hal utama. ’’Bisa tergabung dalam sebuah tim yang hebat, itu pengalaman besar,’’ ungkap alumnus S-2 Ilmu Kimia UGM tersebut.
Dari pengalamannya tersebut, Fitri mengapresiasi kebijakan pemerintah Jepang yang banyak melibatkan peneliti di kampus-kampus.
Misalnya, saat terjadi gempa dan tsunami yang berujung rusaknya fasilitas nuklir, semua peneliti yang terkait dilibatkan. Dengan demikian, hasil riset di laboratorium benar-benar cocok dengan kebutuhan publik.
Saat ini Fitri masih melanjutkan risetnya tentang nano karbon. Namun, dia mengakui fasilitas di kampusnya (UPI) tidak selengkap di Jepang dulu.
Apalagi, UPI berbasis kampus pendidikan yang mencetak guru. Meski begitu, Fitri masih sering melakukan kunjungan singkat ke Jepang untuk melakukan riset bersama.
Perempuan yang dipercaya menjadi sekretaris Departemen Kimia, Fakultas MIPA, UPI, itu menjelaskan, ada pengorbanan besar ketika dirinya memutuskan mengambil beasiswa studi di Jepang.
Saat itu, anak semata wayangnya masih kecil, baru masuk SD. Kini anak Fitri tersebut sudah menginjak SMP.
Fitri Khoerunnisa, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, pernah meneliti baju tahan radiasi nuklir berbasis teknologi nano karbon.
- Jepang Lanjutkan Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut, Kekhawatiran Global Muncul
- Gelar Seminar AI di UPI & Unpad, Yandex Ingin Ciptakan Lingkungan Digital Lebih Aman
- Jadi Sentra Implementasi DBON, Kampus UPI Siap Berkontribusi Memajukan Prestasi Olahraga Nasional
- CGI Bekerja Sama dengan UPI Membangun Pendidikan Mandiri
- Harapan dan Catatan Pakar Kebijakan Publik soal UU Ciptaker
- Password Yudiu