Ketika Jokowi (Dahulu) Memilih Ma’ruf Amin
Oleh: Sonny Majid
jpnn.com - Saya masih ingat betul waktu itu, menjelang pendaftaran Capres-Cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Semua orang menunggu siapa pasangan Joko Widodo (Jokowi).
Banyak yang mengira, Mahfud MD-lah yang dipilih. Ternyata meleset, di penghujung Jokowi justru mengambil KH Ma’ruf Amin (KMA) yang secara kuantitatif hitungan lembaga survei berada di posisi bontot, kalah jauh dari Mahfud MD. Di situlah saya yakin, dalam politik bukan hanya kuantitatif, tetapi juga kualitatif. Apa pandangan kualitatifnya?
Bahwa ternyata ancaman terbesar saat itu bagi Jokowi adalah politik identitas. Sosok Ma’ruf Amin diyakini mampu mematahkan serangan yang bertubi-tubi atas Jokowi dari lawan politik dengan melabelinya sebagai “anti-Islam.” Lawan merasa perlu terwakili aspirasi politiknya melalui figur ulama. Rupanya, Jokowi melihat momentum itu, diambillah Ma’ruf Amin.
Dalam pandangan subjektif saya, pilihan Jokowi terhadap Ma’ruf Amin sudah tepat. Apalagi sosok mantan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut tercatat sebagai pemberi input Jokowi ketika isu pelengserannya mencuat dengan pintu masuknya demonstrasi kasus Ahok pada Pilkada Jakarta (aksi 411 dan 212).
Kehadiran Ma’ruf Amin sebagai cawapres, menyadarkan banyak pihak bahwa isu “anti--Islam” yang dituduhkan ke Jokowi tidaklah benar. Sebab bagaimana mungkin jika Jokowi anti-Islam, justru menggandeng ulama sebagai pasangannya. Sekali lagi, kehadiran Ma’ruf Amin menyulitkan lawan-lawan politik Jokowi menyerang dengan isu anti-Islam. Ma’ruf Amin secara tidak langsung juga meminimalisir pecahnya kekuatan ormas-ormas Islam.
Mungkin banyak yang tidak tahu, setiap berkampanye Ma’ruf Amin kerap menyampaikan keberhasilan kinerja-kinerja pemerintahan era Jokowi-Jusuf Kalla dalam setiap orasi politiknya. Ia tidak pernah mengumbar-umbar tentang dirinya sendiri. Beliau membantah tuduhan-tuduhan negatif yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti Jokowi PKI dan Jokowi benci ulama.
Itu semua sebenarnya gambaran Ma’ruf Amin untuk mengajak kita semua bersinergi, tidak berjalan sendiri-sendiri, seperti kejadian penentuan menteri-menteri beberapa waktu lalu.
Sebagai orang awam saya hanya bisa katakan, kok bisa. Padahal penentuan menteri-menteri adalah langkah strategis kali pertama, justru Jokowi tidak melibatkan Ma’ruf Amin. Usai dilantik Ma’ruf Amin langsung bertolak ke Jepang untuk menghadiri pelantikan Kaisar baru yang menurut saya sebenarnya bisa diwakilkan oleh utusan seperti duta besar. Jelas ini politik tingkat tinggi.
Banyak yang mengira, Mahfud MD-lah yang dipilih. Ternyata meleset, di penghujung Jokowi justru mengambil KH Ma’ruf Amin (KMA) yang secara kuantitatif hitungan lembaga survei berada di posisi bontot, kalah jauh dari Mahfud MD.
- Prabowo Terbuka Bila Jokowi Masuk Gerindra, tetapi Tak Mau Memaksa
- Kiai Ma'ruf: PKB Konsisten Memperjuangkan Nilai-Nilai Keberagaman
- Pilgub Jatim: Kiai Ma'ruf Amin Serukan Pemilih PKB Menangkan Luluk-Lukman
- Kiai Ma'ruf Mengajak Kader PKB Memenangkan Luluk-Lukman di Pilkada Jatim 2024
- Jokowi Teken Pengesahan UU Kementerian Negara, Ini Perubahannya
- Jokowi Resmikan 24 Ruas Jalan dan Jembatan di Aceh, Begini Harapannya