Ketika Mamah Dedeh Harus Menyiasati Padatnya Jadwal Berdakwah

Tak Puas, Jamaah Mengejar sampai Rumah

Ketika Mamah Dedeh Harus Menyiasati Padatnya Jadwal Berdakwah
Mamah Dede dan penggemar. Foto : Sekaring RA/Jawa Pos

Soal ciri khas suara yang keras dan perkataan yang lugas, Mamah mengungkapkan bahwa karakter tersebut terbentuk sejak kecil. Dia memang dididik dengan disiplin yang tinggi oleh kedua orang tuanya. Selain itu, meski orang tuanya memiliki sejumlah usaha, seperti penggilingan padi, bengkel, sawah, hingga kebun, Mamah dan lima saudaranya dididik untuk bekerja keras. Bahkan, dia menyatakan terbiasa menunggui sejumlah usaha kedua orang tuanya itu.

Suaranya yang keras dan lantang terbentuk karena dia terbiasa menyuruh makan sekitar 50 buruh tani di sawah. Agar bisa terdengar, Mamah harus menggunakan suara keras. Selain itu, bisingnya suara penggilingan padi mengharuskan dia bersuara keras jika ingin berbicara dengan orang lain.  "Karena itu, suara saya keras dan terlatih sampai sekarang," imbuhnya seraya terbahak.

Ketika ditanya kapan kali pertama berdakwah, Mamah mengatakan menjalani kegiatan tersebut kala duduk di bangku SD. Hal itu dia laksanakan karena kedua orang tuanya sangat agamis. "Saat siang, orang tua saya jadi petani. Malam, mereka jadi guru mengaji," ujar dia.

Kedua orang tua Mamah juga gemar berdakwah. Karena itu, Mamah dan saudara-saudaranya terbiasa mengajar mengaji dan berceramah."Kebiasaan berdakwah sejak SD tersebut terus melekat pada dia. Apalagi, setelah lulus SD Mamah melanjutkan studi di pendidikan guru agama (PGA). Setamat PGA, Mamah melanjutkan pendidikan di IAIN Jakarta yang kini bernama UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Banten.

Suara lantang disertai humor kala berdakwah menjadi ciri khas yang sangat melekat pada Mamah Dedeh. Ustadah yang satu itu berhasil memadukan dakwah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News