Ketika Mamah Dedeh Harus Menyiasati Padatnya Jadwal Berdakwah
Tak Puas, Jamaah Mengejar sampai Rumah
Minggu, 29 Agustus 2010 – 09:09 WIB
Soal ciri khas suara yang keras dan perkataan yang lugas, Mamah mengungkapkan bahwa karakter tersebut terbentuk sejak kecil. Dia memang dididik dengan disiplin yang tinggi oleh kedua orang tuanya. Selain itu, meski orang tuanya memiliki sejumlah usaha, seperti penggilingan padi, bengkel, sawah, hingga kebun, Mamah dan lima saudaranya dididik untuk bekerja keras. Bahkan, dia menyatakan terbiasa menunggui sejumlah usaha kedua orang tuanya itu.
Suaranya yang keras dan lantang terbentuk karena dia terbiasa menyuruh makan sekitar 50 buruh tani di sawah. Agar bisa terdengar, Mamah harus menggunakan suara keras. Selain itu, bisingnya suara penggilingan padi mengharuskan dia bersuara keras jika ingin berbicara dengan orang lain. "Karena itu, suara saya keras dan terlatih sampai sekarang," imbuhnya seraya terbahak.
Ketika ditanya kapan kali pertama berdakwah, Mamah mengatakan menjalani kegiatan tersebut kala duduk di bangku SD. Hal itu dia laksanakan karena kedua orang tuanya sangat agamis. "Saat siang, orang tua saya jadi petani. Malam, mereka jadi guru mengaji," ujar dia.
Kedua orang tua Mamah juga gemar berdakwah. Karena itu, Mamah dan saudara-saudaranya terbiasa mengajar mengaji dan berceramah."Kebiasaan berdakwah sejak SD tersebut terus melekat pada dia. Apalagi, setelah lulus SD Mamah melanjutkan studi di pendidikan guru agama (PGA). Setamat PGA, Mamah melanjutkan pendidikan di IAIN Jakarta yang kini bernama UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Banten.
Suara lantang disertai humor kala berdakwah menjadi ciri khas yang sangat melekat pada Mamah Dedeh. Ustadah yang satu itu berhasil memadukan dakwah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408