Ketika Naga Lagi Menggigit Samurai
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - INI bukan jual beli biasa. Sharp menjual diri. Dibeli oleh Foxconn. Perusahaan teknologi Jepang dijual. Perusahaan Taiwan yang membeli.
The Wall Street Journal menyebutnya seru: Ini baru pertama terjadi. Jepang terpaksa melepas perusahaan teknologinya ke negara lain. Terutama teknologi elektroniknya. Ideologi menjaga ”rahasia teknologi Jepang” mulai meleleh. Padahal, Jepang dikenal sangat pelit melakukan alih teknologi. Sampai sekarang pun, kita hanya jadi pasar mobil Jepang.
Pelitnya Jepang dalam ”alih teknologi” kini berubah menjadi penyerahan total. Bukan hanya alih teknologi. Sekalian dengan perusahaannya. Terpaksa.
Sharp memang dalam kesulitan besar. Belakangan terus merugi. Berbagai usaha penyelamatan gagal. Dua kali bailout tidak menolong. Tahun lalu masih rugi USD 918 juta. Atau sekitar Rp 12 triliun. Belum termasuk angka meragukan yang baru diketahui belakangan.
Pertolongan paling dramatis dilakukan oleh ”dewa baru” Jepang: INCJ. Juga gagal.
INCJ adalah dewa baru. Didirikan pemerintah bersama 19 perusahaan raksasa Jepang. Tugasnya: merangsang perusahaan Jepang agar tidak kalah dalam kompetisi.
Bukan main. Jepang yang kita nilai sudah sangat hebat pun masih perlu melakukan itu: bagaimana bisa lebih kompetitif. Maksudnya, mungkin, agar jangan kalah oleh Korea.
INCJ (Innovation Network Corporation of Japan) baru dibentuk pada 2009. Ialah yang terakhir berusaha keras menyelamatkan Sharp. Agar jangan jatuh ke asing. Caranya pun drastis: menggabungkan Sharp ke dalam grup Japan Display.