Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah
"Itu keterampilan yang dipelajarinya. Sebab, untuk bisa melakukan hal ini, orangutan harus mempertimbangkan berat rekannya terhadap goyangan dahan dan rerating," jelas Dr Preuschoft.
Dua bayi orangutan pendatang baru, Gerhana (11 bulan) dan Kartini (18 bulan) hingga kini masih terus diasuh ibu angkat mereka saat bayi-bayi ini bersosialisasi di "taman kanak-kanak" dengan sesamanya bayi orangutan.
Seusai penamatan sekolah
Photo: Habitat orangutan dirusak secara masif di Kalimantan mengakibatkan sekitar 3000 orangutan terbunuh setiap tahun. (Kiriman: Four Paws/Nanang Sujana)
Bayi orangutan yatim piatu pertama-tama memang harus diasuh ibu angkat mereka, yaitu para pengelola sekolah, demi bisa mencontoh pengalaman yang didapatkan bayi orangutan yang diasuh induknya sendiri.
Sejak usia dua tahun, bayi itu pun menjadi murid Forest School. Dan sejalan dengan peningkatan kemampuannya, mereka kian menunjukkan naluri petualangan dan kebebasannya.
"Saat mereka mencapai akil baligh, sudah waktunya bagi mereka lulus dan masuk ke apa yang kami namakan Forest Academy," kata Dr Preuschoft.
Photo: Orangutan Forest School dikelola pakar primatologi terkemuka Dr Signe Preuschoft. (Kiriman: Four Paws/Nanang Sujana)
Tim Four Paws yang akan memutuskan kapan murid-murid orangutan ini bisa dilepasliarkan ke alam liar.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat