Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah

Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah
Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah

"Itu keterampilan yang dipelajarinya. Sebab, untuk bisa melakukan hal ini, orangutan harus mempertimbangkan berat rekannya terhadap goyangan dahan dan rerating," jelas Dr Preuschoft.

Dua bayi orangutan pendatang baru, Gerhana (11 bulan) dan Kartini (18 bulan) hingga kini masih terus diasuh ibu angkat mereka saat bayi-bayi ini bersosialisasi di "taman kanak-kanak" dengan sesamanya bayi orangutan.

Seusai penamatan sekolah

Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah Photo: Habitat orangutan dirusak secara masif di Kalimantan mengakibatkan sekitar 3000 orangutan terbunuh setiap tahun. (Kiriman: Four Paws/Nanang Sujana)

Bayi orangutan yatim piatu pertama-tama memang harus diasuh ibu angkat mereka, yaitu para pengelola sekolah, demi bisa mencontoh pengalaman yang didapatkan bayi orangutan yang diasuh induknya sendiri.

Sejak usia dua tahun, bayi itu pun menjadi murid Forest School. Dan sejalan dengan peningkatan kemampuannya, mereka kian menunjukkan naluri petualangan dan kebebasannya.

"Saat mereka mencapai akil baligh, sudah waktunya bagi mereka lulus dan masuk ke apa yang kami namakan Forest Academy," kata Dr Preuschoft.

Ketika Orangutan Pun Naik Bus ke Sekolah Photo: Orangutan Forest School dikelola pakar primatologi terkemuka Dr Signe Preuschoft. (Kiriman: Four Paws/Nanang Sujana)

Tim Four Paws yang akan memutuskan kapan murid-murid orangutan ini bisa dilepasliarkan ke alam liar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News