Ketika Para Dubes dan Ekspatriat Belajar Bahasa Indonesia di Jogja (1)
Berangkat Kursus Pakai Bodyguard dan Mobil Antipeluru
Jumat, 06 Maret 2009 – 11:14 WIB
Itha mengatakan, belajar bahasa Indonesia di Wisma Bahasa tak cukup hanya belajar bahasa. Gadis imut berkacamata itu mengatakan, belajar bahasa adalah juga belajar budaya. ''Karena bahasa juga budaya,'' imbuh lulusan Komunikasi UGM angkatan 1998 itu.
Karena itu, Wisma Bahasa juga membudayakan bahasa Indonesia. Setiap kali berpapasan dengan para tamu, seluruh karyawan, satpam, bahkan petugas cleaning service harus menyapa dengan sapaan selamat. Bisa selamat pagi, selamat siang, hingga hati-hati di jalan.
Selain itu, para murid diajari menari, bahkan memasak masakan khas Indonesia. Likhu Puspa Hapsari, salah satu guru di Wisma Bahasa, pernah memberikan materi memasak soto ayam lamongan. ''Saya kan asli Lamongan. Jadi, memopulerkan local wisdom-lah,'' kata wanita berambut panjang itu lantas terkekeh.
Saat itu, imbuh Likhu, dia mengenalkan bumbu-bumbu yang digunakan untuk memasak soto. Ketika dia menunjukkan kunir yang masih berupa akar, semua murid kaget. Mereka heran dan memandangi kunir itu lekat-lekat. ''Kata mereka, I've never seen this in my life,'' kata nona 24 tahun itu.
Para ekspatriat dan beberapa duta besar negara sahabat kini bersemangat belajar bahasa Indonesia. Salah satu tempat kursus yang mereka tuju adalah
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala