Ketika Para Dubes dan Ekspatriat Belajar Bahasa Indonesia di Jogja (2-Habis)
Susah Bedakan Susu Kedelai dan Susu Keledai
Sabtu, 07 Maret 2009 – 06:19 WIB
''Suatu ketika, dia pernah menulis di wall FB (Facebook, Red) milikku. Katanya, bagaimana pendapatmu dengan fatwa golput haram dari MUI,'' tutur nona 24 tahun asli Lamongan tersebut.
Likhu menjawab, tidak semua orang menuruti fatwa itu. Sebab, masyarakat sekarang tidak terlalu menurut kepada MUI. Masyarakat lebih menurut pada kiai dan ulama setempat.
Namun, muridnya itu tak mau kalah. ''Dia membalas. Katanya begini, tapi sekarang orang Indonesia lebih menurut sama perkataan Hidayat Nurwahid (ketua MPR dan mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera, Red) ya,'' ujar Likhu. Kali ini, dia yang bingung harus menjawab apa.
Para guru memang memiliki pendekatan berbeda kepada tiap murid. Semua harus menyesuaikan keinginan dan antusiasme mereka. Likhu menuturkan, pernah ada seorang murid dari Kedubes Australia. Tampaknya, dia memiliki tugas untuk memantau pemilu di Indonesia.
Selama mengajar para ekspatriat dan duta besar (Dubes), banyak kisah menarik dan menggelikan. Pengajar di Wisma Bahasa, Jogja, sempat kewalahan ketika
BERITA TERKAIT
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408
- Melihat dari Dekat Upaya Tanoto Foundation Membentuk Generasi Unggul di TSG 2024