Ketika Peraih Nobel Kedokteran dari AS Kunjungi Indonesia
Shock Lihat Video Balita Piawai Merokok
Rabu, 11 Juli 2012 – 00:22 WIB
Varmus pun lulus dengan predikat magna cum laude. Pada 1961 Varmus melanjutkan program S-2 Sastra Inggris di Harvard University. Namun, baru tahun pertama di universitas ternama tersebut, Varmus sudah merasa bimbang dengan pilihannya.
Dia merindukan impian menjadi pakar di dunia medis. Tanpa berpikir panjang, Varmus lalu mendaftar di Harvard University untuk mempelajari bidang medis. Namun, ditolak.
Tidak patah arang, Varmus mendaftar dan diterima di Columbia College of Physicians and Surgeons. Selama belajar di sana, putra pasangan Dr Frank Varmus dan Beatrice Varmus itu nyambi bekerja di sebuah rumah sakit India. Dia juga pernah menjadi staf medis di Columbia-Presbyterian Hospital pada 1966-1968.
Varmus mulai melakukan penelitian ilmiah ketika menjadi petugas dinas kesehatan di National Institute of Health (NIH). Di sana dia mempelajari gen bakteri bersama Dr Ira Pastan. Sejak saat itu Varmus menjadi asisten post-doctoral Dr Bishop di University of California, San Fransisco.
Ilmuwan Amerika peraih Nobel Prize 1989 berkat penelitiannya tentang kanker, Dr Harold Varmus, terkejut mengetahui banyaknya perokok di Indonesia.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara