Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi
Sabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Meski berbentuk monarki konstitusional dan menganut trias politika, raja Jordania memiliki wewenang yang amat luas. Dialah yang menunjuk PM dan berhak membubarkan kabinet. Semua undang-undang juga membutuhkan persetujuan sang patron.
Tapi, berbagai warga Jordan dengan beragam latar belakang yang ditemui Jawa Pos tetap menganggap pentingnya faktor raja. Dialah yang menstabilkan negeri Arab yang tak punya sumber minyak tersebut. "Kalau tak ada raja, mungkin kami sudah bertengkar sendiri seperti Tunisia, Mesir, dan Libya," tegas Saad Khizmar, seorang profesional muda yang bekerja di perusahaan investasi asal Arab Saudi.
Hussein Ahmed, mahasiswa pascasarjana yang sepesawat dengan Jawa Pos dalam penerbangan dari Dubai ke Amman, berpendapat senada. "Tanpa keterlibatan raja, kami mungkin sudah punya pemerintahan diktator yang bertahan puluhan tahun seperti Mubarak dan (Muammar) Kadhafi," katanya.
Di hampir seluruh sudut Amman, foto dan banner Abdullah II memang bertebaran. Termasuk di restoran cepat saji dari Amerika Serikat tempat Jawa Pos bersantap malam. Raja, bersama permaisurinya yang jelita, Ratu Rania, berpose dengan empat anak mereka dalam gaya serta busana yang sangat kasual.
Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408