Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi
Sabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Memang ada satu bus wisata yang terparkir. Tetapi, kendaraan itu hanya mengangkut tidak sampai sepuluh turis dari Amerika Serikat. Di dalam lokasi, mereka dipandu salah seorang kolega Hussein. Sempat terdengar oleh Jawa Pos bahwa salah seorang wisatawan asal Negeri Paman Sam itu meminta sang pemandu, "Just give us a quick tour."
Permintaan itu rupanya merepresentasikan kondisi pariwisata Jordania pada awal 2011 ini: turis asing yang kian jauh. Padahal, bulan seperti ini biasanya justru merupakan peak season alias musim puncak kedatangan turis di negeri monarki konstitusional tersebut.
Matahari memang tetap terasa menyengat. Namun, di bulan Maret seperti sekarang, terik itu terkompromikan embusan angin yang membawa dingin dengan temperatur berkisar 10 derajat Celsius. Pada malam hari, suhunya malah bisa mencapai 8 derajat Celsius.
Kondisi seperti itu biasanya amat disukai para turis Eropa. Yaitu, mereka yang mencari panas, tetapi tidak mau terlalu "terbakar". Badan Pariwisata Jordania mencatat, sepanjang Januari?Setember 2010, terdapat 532 ribu turis dari Benua Biru yang berkunjung ke Jordania. Terbanyak dari Prancis, disusul Inggris.
Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408